TEL AVIV (arrahmah.id) — Israel telah memindahkan ratusan tahanan Palestina keluar dari fasilitas tahanan Sde Teiman di gurun Negev Israel, kata seorang pengacara negara kepada Mahkamah Agung Israel, dilansir Middle East Monitor (5/6/2024).
Tahanan dari Gaza diduga ditahan dalam kondisi yang tidak diketahui, mengalami pelecehan ekstrem.
Pengacara negara bagian Aner Helman mengatakan kepada pengadilan, 700 narapidana telah dipindahkan ke fasilitas militer Ofer di Tepi Barat yang diduduki.
Sedangkan 500 lainnya akan dipindahkan dalam beberapa minggu mendatang. Sekitar 200 tahanan akan tetap berada di Sde Teiman, kata Helman, seraya mengatakan, negara bagian akan memberikan informasi terkini mengenai status mereka dalam waktu tiga hari.
Sidang ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap petisi dari Asosiasi Hak-Hak Sipil di Israel (ACRI) dan kelompok hak asasi manusia lainnya, yang banyak memanfaatkan laporan CNN tentang penjara darurat tersebut untuk mengajukan kasus agar penjara tersebut ditutup.
Selama perdebatan yang menegangkan, salah satu hakim Mahkamah Agung, Hakim Barak Erez, mendesak tim hukum negara bagian tersebut mengenai legalitas cara pengoperasian fasilitas tersebut.
“Pertanyaannya adalah apakah hukum Israel mengenai pemenjaraan kombatan yang melanggar hukum berlaku atau tidak. Bahwa Anda tidak menjawab,” kata Erez.
Avi Segal, seorang pengacara yang mewakili organisasi hukum sayap kanan Israel Shurat HaDin yang meminta untuk mengikuti prosedur tersebut, mengatakan sidang tersebut didasarkan pada “rumor surat kabar.”
“Pengadilan seharusnya khawatir dalam mengadakan sidang, dan bahkan meminta tanggapan terhadap petisi berdasarkan rumor di surat kabar,” kata Segal.
Investigasi CNN, dengan para pengungkap fakta (whistleblower) Israel serta mantan tahanan Palestina dan saksi mata menggambarkan kondisi yang mengerikan di fasilitas tersebut, termasuk penutupan mata dan borgol yang terus menerus, memicu kecaman internasional.
Gedung Putih menyebut tuduhan yang dirinci dalam laporan CNN “sangat memprihatinkan” dan mengatakan pihaknya sedang menghubungi pejabat Israel untuk mendapatkan jawaban.
Sementara Kementerian Luar Negeri Jerman mengecam praktik yang dilaporkan tersebut dan mengatakan pihaknya sedang berkampanye agar Komite Palang Merah Internasional dapat mengakses kamp dan penjara lainnya. (hanoum/arrahmah.id)