GAZA (Arrahmah.id) — Negosiasi gencatan senjata Gaza antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas berakhir tanpa kesepakatan, lantaran permintaan Hamas soal jeda perang selama 12 minggu ditolak mentah-mentah oleh Israel.
Dilansir CNN (9/5/2024), Hamas menuntut Israel menyetujui jeda perang fase pertama selama 12 pekan, alih-alih enam pekan seperti yang dibahas dalam negosiasi.
Tiga sumber yang mengetahui perundingan itu mengatakan Israel sangat menentang permintaan Hamas, karena yakin tidak ada bedanya dengan menyetujui penghentian perang secara sepenuhnya.
Pejabat senior di pemerintahan Presiden Joe Biden, mengatakan Israel mengaku ingin punya hak membubarkan empat batalyon Hamas yang menurut mereka masih tersisa di Rafah.
“Perlu mempertahankan fleksibilitas untuk melanjutkan perang, untuk melakukan hal itu,” kata pejabat AS itu.
Israel menyebut akan sulit memulai kembali perang melawan Hamas, jika gencatan senjata dilakukan selama berbulan-bulan.
Israel juga mempermasalahkan komitmen Hamas terkait pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza, jika gencatan senjata diterapkan selama 12 minggu.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga disebut ditekan habis-habisan dan diancam akan dilengserkan dari pemerintahan, jika perang berakhir tanpa serangan besar-besar ke Rafah dan pemusnahan Hamas.
Sebelumnya Hamas menyatakan menerima proposal gencatan senjata usulan mediator Mesir dan Qatar, untuk mengakhiri perang dengan Israel di Jalur Gaza.
Anggota Hamas, Khalil al-Hayya, mengatakan proposal yang disetujui Hamas mencakup tiga fase gencatan senjata.
Di antaranya penarikan total pasukan Israel dari Gaza, warga Palestina yang mengungsi bisa kembali ke rumah, dan pertukaran sandera-tahanan dengan tujuan “gencatan senjata permanen”.
Pada fase pertama yang akan berlangsung selama enam pekan, jeda perang dimulai dan Israel harus menarik pasukan ke wilayah timur, menjauh dari wilayah Gaza padat penduduk, dan pindah ke titik perbatasan Israel dengan Gaza.
Di fase kedua, operasi militer akan dihentikan secara permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza. Sementara di fase ketiga, sisa tahanan di kedua belah pihak dibebaskan.
Namun proposal gencatan senjata itu ditolak oleh Israel, karena dianggap “tidak memenuhi syarat penting” yang diajukan oleh Israel.
Alih-alih jeda perang, Israel justru semakin brutal melakukan serangan ke Rafah, yang menjadi wilayah kamp-kamp pengungsian bagi jutaan pengungsi Palestina.
Hingga kini hampir 35 ribu warga sipil Palestina meninggal dunia imbas agresi Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu. (hanoum/arrahmah.id)