TEL AVIV (Arrahmah.id) – Juru bicara militer ‘Israel’, Daniel Hagari, menggambarkan Gaza sebagai “salah satu medan perang tersulit di dunia.”
Berbicara pada konferensi di Tel Aviv yang diselenggarakan oleh surat kabar Yedioth Ahronoth pada Rabu (8/5/2024), Hagari dilaporkan berkata, “Saya melihat tantangan terbesar dalam peran yang saya jalani saat ini… Ini sangat berbeda, ini adalah medan perang tersendiri.”
“Kami mengambil rencana operasional perang untuk disetujui oleh eselon politik. Dalam rencana ini, kami memetakan perang, yang diperkirakan memakan waktu sekitar satu tahun pertempuran. Dalam tahun ini, kami melihat bahwa pertama-tama kami akan menangani pusat kekuatan terbesar Hamas, yang sebagian besar berada di Gaza utara dan Khan Yunis,” katanya, menurut laporan situs Israel National News.
During a conference hosted by the Yedioth Ahronoth newspaper in Tel Aviv on 8 May, head of the Israeli army’s spokesperson unit Rear Admiral Daniel Hagari described Gaza as “one of the most difficult battlefields in the world.”
Hagari also admitted that carrying out a military… pic.twitter.com/iwAFwgSABg
— The Cradle (@TheCradleMedia) May 9, 2024
“Gaza mungkin adalah salah satu medan perang tersulit di dunia, dalam hal kepadatan penduduk dan terowongan yang digali Hamas di bawah tanah,” katanya.
Menurut data tentara ‘Israel’, 614 perwira dan tentara ‘Israel’ telah tewas, dan lebih dari 3.362 orang terluka, sejak 7 Oktober tahun lalu, lansir Middle East Monitor (MEMO).
Invasi Rafah
Ditanya tentang invasi Rafah, yang tertunda hingga pekan ini, Hagari mengatakan: “Kondisi operasional yang diperlukan untuk melaksanakannya tidak ada.”
Dia menambahkan: “Kami akan menangani Rafah dengan cara yang tepat bagi kami. Saya ingin memberitahu masyarakat agar mereka tidak menipu diri mereka sendiri: Bahkan setelah kita berurusan dengan Rafah…Hamas akan bergerak ke utara dan mencoba membangun kembali kekuatannya, bahkan dalam beberapa hari ke depan. Di mana pun Hamas kembali, termasuk di Gaza utara dan tengah, kami akan kembali beroperasi.”
Tentara ‘Israel’ mengeluarkan perintah evakuasi pada Senin pagi (6/5) bagi warga Palestina di lingkungan timur Rafah dan meminta mereka untuk pindah ke kota Al-Mawasi di Gaza selatan. Sekitar 100.000 warga Palestina yang tinggal di lingkungan timur Rafah terkena dampak proses evakuasi ini.
Menurut MEMO, Hagari juga mengatakan Rafah “tidak sepenting Khan Yunis dan Gaza utara,” mengacu pada wilayah lain di Gaza yang telah dihancurkan oleh tentara.
Senjata AS dihentikan
Ketika ditanya tentang penundaan pengiriman senjata oleh pemerintah AS sehubungan dengan potensi operasi besar ‘Israel’ di Rafah, Hagari mengatakan sekutunya menyelesaikan perselisihan apa pun “di balik pintu tertutup.”
Ia menggambarkan koordinasi antara ‘Israel’ dan Amerika Serikat telah mencapai “suatu ruang lingkup yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah ‘Israel’,” lansir MEMO.
Pada Selasa (7/5), pemerintahan Joe Biden mengonfirmasi laporan bahwa mereka baru-baru ini menghentikan pengiriman besar bom seberat 2.000 dan 500 pon yang dikhawatirkan akan digunakan ‘Israel’ di Rafah yang padat penduduknya. (zarahamala/arrahmah.id)