BEKASI (Arrahmah.id) – Pagi itu, puluhan santri Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terlihat bergantian belajar menjadi pembawa acara (MC) dan berlatih memberikan sambutan. Tepuk tangan dan suara riuh dukungan sesekali terdengar dari para santri.
Mereka begitu antusias menyimak temannya yang sedang mendapat giliran menjadi MC dan berlatih memberikan sambutan di depan panggung. Kegiatan ini merupakan bagian dari melatih para santri untuk terbiasa berbicara di depan khalayak.
“Istilahnya kita melatih santri public speaking. Ini juga sarana melatih mental santri,” ujar Mudir Pesantren Nuu Waar AFKN Ustaz Abdul Khalik SQ, MA, Sabtu (4/5/2021).
Menurut Ustaz Khalik, public speaking merupakan keterampilan dasar bagi setiap dai. Karena santri-santri Nuu Waar diarahkan untuk menjadi dai, maka keterampilan ini perlu diasah sedini mungkin.
“Untuk santri level SD pun sudah kami latih untuk menjadi MC. Sejak awal sudah terbiasa berbicara di depan orang banyak. Santri dai itu ya memang diajarkan yang seperti itu,” ujar Ustaz Khalik.
Untuk level SMP-SMA, jelas Ustaz Khalik, materi public speaking mulai diajarkan cara berkhotbah. “Makanya alhamdulillah kita sudah memakai santri untuk khotbah Jumat. Ada 10 santri yang sudah tampil. Dari kelas 10, 11, 12 SMA,” jelas Ustaz Khalik.
Tak hanya itu, kedepan khotbah Jumat di Masjid Nuu Waar akan mempergunakan bahasa Arab. Seperti halnya dilakukan di Pondok Modern Darussalam Gontor.
“Karena kan memang idealnya dalam Mazbah Syafii kan khotbah Jumat itu berbahasa Arab. Makanya disamping itu tentu pembinaan santri dengan program bahasa harus aktif dan fokus,” ungkap Ustaz Khalik.
Bagaimana pun, lanjut Ustaz Khalik, ketika khotbah Jumat menggunakan bahasa Arab, maka audiens dakwahnya juga harus mengerti.
“Saya kira dunia pesantren wajb paham seperti itu. Itu yang ingin kita lakukan secara bertahap,” ujar Ustaz Khalik.
(ameera/arrahmah.id)