ARIZONA (Arrahmah.id) — Sebuah video yang diambil di Arizona State University (ASU) menunjukkan seorang petugas polisi kampus melepaskan jilbab seorang pengunjuk rasa pro-Palestina saat penangkapan. Video tersebut diambil pada akhir pekan saat sejumlah massa pro-Palestina menggelar demo di kampus-kampus top di Amerika Serikat (AS).
Dilansir CNN dan Anadolu Agency (1/5/2024), video buram tersebut, diperoleh dari Mass Liberation AZ dan diberikan kepada CNN oleh pengacara Zayed Al-Sayyed, yang mewakili para wanita tersebut.
Video tersebut menunjukkan beberapa petugas Departemen Kepolisian ASU mengelilingi seorang wanita yang tangannya dipegang di belakang punggungnya saat salah satu petugas melepas hijabnya. Orang-orang di sekitarnya terdengar berteriak, “Kamu melanggar privasinya,” dan massa lainnya berteriak “Kembalikan,”.
Petugas kemudian menarik tudung kaus wanita tersebut hingga menutupi kepalanya dan salah satu orang di sekitar berteriak, “Jadi dia boleh memakai tudung tapi tidak boleh memakai jilbab?”.
Kemudian, salah satu petugas menghalangi wanita tersebut dari pandangan orang-orang yang merekam video tersebut. Seseorang lalu berteriak, “Lepaskan dia!”.
Seorang pengacara yang mewakili wanita tersebut dan tiga perempuan lainnya mengatakan hal serupa juga terjadi pada mereka. Mereka pun menuntut pertanggungjawaban.
Al-Sayyed mengatakan penangkapan itu terjadi pada Sabtu pagi. Dia tidak mengidentifikasi para wanita tersebut, tetapi dia mengindikasikan bahwa tiga dari mereka adalah mahasiswa di universitas tersebut dan keempatnya merupakan penduduk daerah Phoenix. Mereka menghadapi tuduhan pelanggaran pidana.
Setelah ditahan, Al-Sayyed mengatakan, para wanita tersebut menjelaskan pentingnya jilbab dan ‘memohon’ untuk tetap memakai jilbab. Namun Al-Sayyed mengatakan para wanita itu diberitahu bahwa jilbab mereka harus dilepas demi alasan keamanan.
“Mereka tidak pernah menyangka bahwa seorang pejabat, yang bersumpah untuk melindungi dan mengabdi akan melanggar hak paling mendasar yang dilindungi oleh Konstitusi Amerika Serikat, yaitu hak untuk menjalankan agama mereka. Jadi mereka terluka,” kata Al-Sayyed.
Setelah ditahan dan dibawa ke penjara, para wanita tersebut tidak dikembalikan jilbabnya, kata Al-Sayyed. Sekitar 15 jam kemudian, dia akhirnya diberi akses untuk menemui kliennya. Al-Sayyed mengatakan dia bisa membawakan hijab baru ke wanita tersebut.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR-AZ) cabang Arizona, mengecam polisi universitas atas rekaman insiden tersebut dan kejadian serupa lainnya serta menyerukan penyelidikan penuh.
“Tindakan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kebebasan beragama para pengunjuk rasa damai. Hal ini sangat menyedihkan bagi perempuan yang terkena dampak, dan Polisi ASU harus melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap masalah ini,” kata Direktur Eksekutif CAIR-AZ, Azza Abuseif, melalui email kepada CNN.
Sementara itu, pihak universitas dalam sebuah pernyataan kepada CNN, mengatakan, “Masalah ini sedang ditinjau,”. CNN juga telah menghubungi Kantor Kejaksaan Maricopa County untuk dimintai tanggapannya.
Lebih lanjut, beberapa orang dilaporkan ditahan dalam demonstrasi di Arizona State University pada hari Sabtu lalu.
Diketahui, aksi demo melanda kampus-kampus di seluruh negeri menyusul upaya polisi untuk membersihkan kamp pro-Palestina di Universitas Columbia, New York, yang mengakibatkan penangkapan lebih dari 100 mahasiswa.
Mahasiswa di beberapa negara lain termasuk Kanada, Australia, Perancis, dan Mesir, telah mengadakan demonstrasi di universitas mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. (hanoum/arrahmah.id)