KABUL (Arrahmah.id) — Sejumlah pria bersenjata menyerbu sebuah kuil Syiah di Afghanistan barat dan menewaskan enam orang. Kejadian itu disampaikan oleh juru bicara pemerintah dan penduduk setempat yang berasal dari komunitas Syiah.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Abdul Mateen Qani, mengatakan bahwa seorang bersenjata tak dikenal menembaki jemaat yang ada di dalam kuil di distrik Guzara, Provinsi Herat. Pelaku menyerang pada Senin (29/4/2024) sekitar pukul 21.00.
“Enam warga sipil tewas dan satu warga sipil terluka,” tulisnya di platform media sosial X, seperti dikutip dari AFP (30/4).
Penduduk setempat mengatakan, kuil tersebut melayani komunitas minoritas Syiah di sebuah distrik di selatan ibukota provinsi, kota Herat.
Mereka juga mengatakan, sebuah tim yang terdiri dari tiga pria bersenjata melancarkan serangan tersebut, yang bertentangan dengan pernyataan resmi.
“Salah satu dari mereka berada di luar dan dua lainnya masuk ke dalam kuil, menembak para jemaat,” kata Ibrahim Akhlaqi (60), saudara laki-laki pendeta yang terbunuh.
“Itu terjadi di tengah-tengah saat warga tengah ibadah,” ungkap Akhlaqi.
“Siapa pun yang berada di kuil telah menjadi martir atau terluka,” tambah Sayed Murtaza Hussaini (23).
Meskipun tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, cabang regional dari kelompok militan Islamic State (ISIS) atau Islamic State Khurasan Provience (ISKP) diduga dibalik serangan karena kerap menargetkan komunitas Syiah.
Serangan paling terkenal yang terkait dengan ISKP sejak pengambilalihan IIA terjadi pada tahun 2022, ketika setidaknya 53 orang –,termasuk 46 anak perempuan dan perempuan muda,– terbunuh dalam bom bunuh diri di sebuah pusat pendidikan Syiah.
Para pejabat Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) menyalahkan ISKP atas serangan yang terjadi di lingkungan Syiah di ibu kota Kabul.
Sebuah laporan Dewan Keamanan PBB yang dirilis pada bulan Januari mengatakan terjadi penurunan serangan ISKP di Afghanistan karena “upaya kontra-terorisme yang dilakukan IIA”.
Namun laporan tersebut mengatakan bahwa ISKP masih memiliki rekrutmen substansial di negara tersebut dan bahwa kelompok militan tersebut memiliki “kemampuan untuk memproyeksikan ancaman ke wilayah tersebut dan sekitarnya”. (hanoum/arrahmah.id)