OUAGADOUGOU (Arrahmah.id) — Human Rights Watch (HRW) mendokumentasikan jumlah kematian warga sipil di Burkina Faso dalam satu hari pada tahun ini. Sebanyak 223 orang dibunuh dan diduga pelakunya adalah militer.
Dilansir BBC (26/4/2024), peristiwa terjadi pada 25 Februari di dua desa, yakni Soro dan Nondin.
Di Soro, 179 orang kehilangan nyawa dan 44 orang tewas di Nondin. Dari jumlah tersebut, 56 korban tercatat masih anak-anak, di antaranya masih bayi.
HRW menyebut pembunuhan massal sebagai salah satu pelanggaran mengerikan yang dilakukan militer dalam hampir 10 tahun terakhir.
HRW merilis laporan kekejaman militer Burkina Faso pada Kamis (24/4). Temuan itu muncul beberapa hari usai para pejabat PBB dan pemimpin Afrika bertemu di Nigeria untuk membahas solusi melawan ancaman terorisme di benua tersebut.
Dilansir RFI, HRW meminta PBB dan Uni Afrika untuk menyelidiki serta mendukung upaya untuk menyeret mereka yang bertanggungjawab ke pengadilan.
“Pembantaian di desa Nondin dan Soro hanyalah pembunuhan massal terbaru terhadap warga sipil yang dilakukan militer Burkina Faso dalam operasi pemberantasan pemberontakan,” kata Tirana Hassan, direktur HRW.”
Bantuan internasional sangat penting untuk mendukung penyelidikan yang kredibel terhadap kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan,” tambahnya.
Keamanan Burkina Faso juga diuji oleh kelompok militan yang terafiliasi dengan Al Qaeda dan Islamic State (ISIS).
Dilansir Associated Press, pertempuran telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang. Lebih dari 2 juta orang mengungsi dan dari jumlah tersebut separuhnya adalah anak-anak. Sebagian besar serangan tidak dihukum dan tidak dilaporkan.
Para saksi dan penyintas mengatakan, pembunuhan pada 25 Februari diyakini sebagai pembalasan atas serangan yang dilakukan anggota militan di kamp militer di dekat ibu kota provinsi Ouahigouya, sekitar 25 kilometer jauhnya.
Desa Nondin dan Soro menjadi sedikit dari banyak desa di distrik Thiou yang dikepung militan Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM). Kelompok itu berafiliasi dengan Al-Qaeda.
“Tentara Burkinabe telah berulang kali melakukan kekejaman massal terhadap warga sipil atas nama memerangi terorisme, dan hampir tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban,” kata Hassan dikutip dari The Guardian.
Para saksi dan penyintas menggambarkan bagaimana para tentara dengan kejam melancarkan aksinya.
“Mereka mengatakan kami tidak bekerja sama dengan tentara karena kami tidak memberi tahu tentang gerakan para jihadis,” kata perempuan yang selamat di Soro, yang tertembak kakinya.
Para penduduk yang selamat di Soro mengatakan, tentara menembaki orang yang ditangkap, yang berusaha bersembunyi atau melarikan diri.
“Mereka memisahkan laki-laki dan perempuan dalam kelompok. Saya sedang berada di kebun bersama orang lain ketika mereka (tentara) memanggil kami. Saat kami mulai bergerak maju, mereka menembaki kami tanpa pandang bulu. Saya berlari ke belakang pohon, dan ini menyelamatkan hidup saya,” kata petani berusia 47 yang berbicara dengan syarat anonim. (hanoum/arrahmah.id)