RAJASTHAN (Arrahmah.id) — Perdana Menteri India Narendra Modi mendapat kecaman netizen usai menggunakan kiasan anti-Muslim dalam pidatonya pada hari Ahad (21/4/2024) saat berkampanye untuk pemilihan umum.
Berbicara di hadapan banyak orang dalam rapat umum di negara bagian Rajasthan di bagian barat, pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) ini melontarkan pernyataan kontroversial yang menggambarkan umat Islam sebagai “penyusup.”
Modi mengatakan jika partai oposisi utama, Kongres Nasional India, terpilih untuk berkuasa, mereka dipastikan akan mendistribusikan kekayaan secara tidak adil.
“Ketika mereka berkuasa, mereka akan membuat umat Islam mempunyai hak pertama atas sumber daya. Mereka akan mengumpulkan semua kekayaan Anda dan mendistribusikannya kepada mereka yang memiliki lebih banyak anak,” kata Modi kepada pendukungnya, dikutip dari Time (22/4), “Apakah menurut Anda uang hasil jerih payah Anda harus diberikan kepada penyusup (ket: muslim)? Maukah kamu menerima ini?”
Komentar tersebut telah banyak dikritik oleh para pemimpin oposisi dan tokoh-tokoh Muslim terkemuka dan memicu kemarahan di seluruh dunia.
Pejabat pemungutan suara lokal mengonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa mereka telah menerima dua pengaduan yang menyerukan penangguhan dan penangkapan Modi.
Kritikus mengatakan komentar Modi dibangun di atas kampanye perpecahan nasionalisme Hindu dan dikaitkan dengan BJP yang kerap rasialis terhadap umat Islam.
“Modi saat ini menyebut Muslim sebagai penyusup dan orang-orang yang memiliki banyak anak. Sejak tahun 2002 hingga hari ini, satu-satunya kemampuan Modi adalah melecehkan umat Islam untuk mendapatkan suara,” ujar Asaduddin Owaisi, seorang anggota parlemen Muslim dan presiden Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen Seluruh India, dalam sebuah postingan di platform media sosial X.
Sementara itu, ketua kongres Mallikarjun Kharge mengatakan komentar Modi merupakan “perkataan kebencian” dan merupakan “sebuah taktik yang dipikirkan dengan matang untuk mengalihkan perhatian.”
Dalam sebuah postingan di X, ia menambahkan bahwa Modi telah dipengaruhi oleh “nilai-nilai Sangh,” merujuk pada Rashtriya Swayamsevak Sangh, sebuah organisasi paramiliter Hindu sayap kanan yang berafiliasi dengan Modi di masa mudanya.
“Dalam sejarah India, tidak ada perdana menteri yang merendahkan martabat jabatannya seperti yang dilakukan Modi,” kata Kharga.
Ujaran kebencian anti-Muslim telah melonjak di India, dengan laporan terbaru dari kelompok penelitian India Hate Lab yang berbasis di Washington mencatat 668 kasus pada tahun 2023.
Meskipun terdapat 255 kasus yang terjadi pada paruh pertama tahun 2023, angka tersebut meningkat menjadi 413 pada paruh pertama tahun 2023.
Paruh kedua tahun ini, terjadi peningkatan sebesar 63%. Laporan tersebut mendokumentasikan bahwa 75% dari total kasus pada tahun itu terjadi di negara bagian yang dikuasai BJP. (hanoum/arrahmah.id)