DERAA (Arrahmah.id) – Kelompok pemantau perang mengatakan sedikitnya 17 orang tewas di provinsi Deraa, Suriah selatan, dalam kekerasan yang dipicu oleh ledakan sehari sebelumnya yang menewaskan sekelompok anak.
Deraa adalah tempat lahirnya pemberontakan 2011 melawan pemerintahan Presiden Bashar Asad, namun kembali ke kendali pemerintah pada 2018 di bawah kesepakatan gencatan senjata yang didukung oleh Rusia.
Sejak saat itu, provinsi ini dilanda kekerasan, dengan bentrokan yang sering terjadi dan kondisi kehidupan yang tidak menentu.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris mengatakan pada Ahad (7/4/2024) bahwa kelompok bersenjata yang dipimpin oleh seorang tokoh yang sebelumnya bekerja untuk badan keamanan negara Suriah telah dituduh oleh kelompok saingannya telah menanam alat peledak yang meledak pada Sabtu (6/4) di kota al-Sanamayn, menewaskan delapan anak, lansir Al Jazeera.
Pada Ahad, kelompok bersenjata saingan yang dipimpin oleh mantan anggota ISIS yang sekarang bekerja untuk intelijen militer menyerbu bagian dari al-Sanamayn dan kedua kelompok mulai bentrok, ujar laporan tersebut.
Pertempuran tersebut menewaskan 17 orang, di antaranya seorang mantan anggota ISIS, 12 pejuang, dan seorang warga sipil yang terbunuh oleh peluru nyasar, kata SOHR.
SOHR yang menambahkan bahwa bentrokan masih berlangsung pada Ahad sore, telah melaporkan 12 orang tewas dalam jumlah korban sebelumnya. Media rezim Suriah tidak segera melaporkan bentrokan tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)