(Arrahmah.id) – Banyak orang yang resah, gelisah dan sibuk memikirkan bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Namun, sedikit orang yang gelisah memikirkan bagaimana pandangan Allah terhadap dirinya.
Ramadhan mubarak akan segera berakhir. Adalah bijaksana bila kita muhasabah atau introspeksi atas amal perbuatan kita, sebelum tiba hari perhitungan di akhirat kelak.
Suatu ketika, seorang santri penuntut ilmu datang menemui Syeikh ahli tauhid dan berkata:
“Saya telah belajar dan berguru ke banyak ulama. Sekarang saya ingin berguru kepada Syeikh.”
Sang Syeikh bertanya: “Kitab apa saja yang sudah engkau baca atau pelajari?”
“Sudah banyak kitab karangan ulama hebat dan terkenal yang saya baca dan pelajari,” jawab santri itu.
“Itulah masalahmu. Sungguh engkau masih terlalu bodoh dan tersesat. Tak pernah menghargai dirimu sendiri. Banyak membaca kitab karangan orang lain, tapi belum pernah membaca kitab karanganmu sendiri,” kata Sang Syeikh.
“Saya belum pernah mengarang satu kitab pun. Bagaimana aku membacanya!” ujar santri itu.
“Lagi-lagi, itulah mengapa aku katakan engkau orang yang bodoh lagi tersesat. Bukankah kitab karanganmu itu engkau tulis setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap waktu?
Engkau katakan sudah belajar Al-Qur’an dari guru-gurumu, tapi engkau lupa bahwa Al-Qur’an menyuruhmu, ‘Iqra’ Kitabaka’:
“Bacalah catatan amalmu. Pada hari ini cukuplah catatan itu bagi dirimu untuk kamu ketahui apa saja yang telah kamu lakukan di dunia dahulu.” (QS Al-Isra’ [17] : 14)
Hidup seseorang, setelah kematianya bagaikan sebuah buku diary yang akan dibaca oleh orang banyak, maka perbaikilah tulisanmu yang ada di dalamnya. Jangan pernah menyangka bahwa sampul buku akan memberi manfaat, sementara isinya hanya berisi amal keburukan.
Tapi engkau bilang tak pernah membacanya, malahan membaca kitab-kitab karangan orang lain. Dan engkau banggakan, padahal Al-Qur’an tidak mewajibkanmu untuk membacanya.
Ketahuilah, engkau belum membaca apa-apa sebelum engkau membaca kitab catatan amalmu sendiri. Sebab engkau tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas kitab orang lain. Tapi kamu harus mempertanggung jawabkan kitab dirimu yang kamu tulis sendiri setiap waktu dalam kehidupan di dunia ini”.
Santri itu pun terdiam. Merenungkan betapa banyak waktunya terbuang percuma, untuk menjelajahi dunia luar hingga lupa menjelajahi dunia dalam dirinya sendiri.
Cobalah periksa diary kehidupanmu. Adakah di dalamnya daftar catatan dosa-dosa besar, seperti tersebut dalam hadits Nabi SAW?
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tinggalkanlah dosa-dosa besar yang dapat membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab:
- Syirik (menyekutukan Allah)
- Berbuat sihir (tenung)
- Membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar
- Makan harta riba
- Makan harta anak yatim
- Melarikan diri dari medan perang
- Zina, dan menuduh berzina wanita mukminah
- Meninggalkan shalat
- Durhaka terhadap orang tua.
- Minum khamer (mabuk-mabukan)
Jangan lupa, periksa juga apakah di dalam diarymu ada tertulis perbuatan kriminal: korupsi, mencuri, menipu orang, berbohong? Mereka yang berprofesi sebagai tentara, polisi, ASN, pernahkah melakukan kezaliman, menjadi pendukung penguasa zalim yang melakukan kecurangan dan rencana jahat dalam Pemilu, yang mengkhianati janji kejujuran dan keadilan?
Disebutkan Nabi SAW bersabda: “Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para penguasa? Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga” (THR. Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).
Detil amaliyah, perbuatan apa saja yang pernah engkau lakukan sudah terdokumentasi dalam catatan Malaekat. Pencatat amal baik adalah Malaekat Raqib, dan pencatat amal buruk adalah Malaekat Atid.
“Sungguh banyak malaikat yang selalu mengawasi perbuatan kalian. Para malaikat itu selalu mencatat perbuatan-perbuatan kalian. Mereka mengetahui semua perbuatan kalian.” (QS. Al-Infithar [82] : 10-12)
Apabila kamu menginginkan penyelesaian yang adil dan damai atas semua masalahmu, bahkan pemutihan atas dosa kita, tidak ada solusi ideal kecuali taat kepada Allah.
Nanti malam, di akhir Ramadhan 1445 H, malam ke-29, menghadaplah kepada Allah, bersujudlah, letakkan keningmu di atas lantai, lalu ‘bicaralah’ kepada-Nya, adukan serta curahkan segala isi hatimu, renungkan, sesali dan bertaubatlah. Allah SWT masih memberi kesempatan untuk negosiasi atas semua asus kehidupanmu.
“Wahai Muhammad, katakanlah, Allah berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melakukan dosa-dosa besar, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sungguh Allah mengampuni semua dosa hamba-Nya yang mau bertaubat. Sungguh Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.” (QS Az-Zumar (39) : 53)
“Siapa saja yang berbuat dosa besar atau dosa kecil kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada hamba-Nya yang bertaubat.” (QS. An-Nisa’ (4) : 110)
Kelak di akhirat, di hadapan pengadilan Ilahi di padang Mahsyar, akan diberikan kepada semua manusia kitab yang merinci amal perbuatan mereka di dunia, baik yang besar maupun yang kecil, yang baik maupun yang buruk. Dikatakan pada mereka:
“Inilah catatan Kami tentang semua amal kalian. Catatan itu akan berbicara dengan sebenarnya kepada kalian. Sungguh Kami akan menghitung secara rinci semua perbuatan yang dahulu kalian lakukan di dunia.” (QS Al-Jatsiyah (45) : 29)
Lalu kita akan menyaksikan orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya, karena orang-orang kafir, dzalim, fasik, munafik, akan tersingkap kedzaliman dan kejahatannya di depan semua makhluk. Allah SWT tidak mendzalimi siapapun. Tidak akan menghukum seseorang tanpa ada dosanya, tidak pula mengurangi pahala kebaikan orang-orang yang taat. Begitulah informasi Al Qur’anul Karim :
“Catatan-catatan amal setiap manusia diletakkan pada tangan masing-masing. Kemudian kamu melihat orang-orang yang berbuat dosa mengiba-iba meminta pengampunan atas dosa-dosa yang tertulis di catatan itu. Orang-orang yang berdosa berkata: ‘Aduhai celakanya kami, mengapa catatan amalku jadi buruk begini?’ Tidak ada sedikit pun yang tertinggal dalam catatan ini, baik dosa kecil maupun dosa besar. Semuanya tercatat dengan teliti. Semua manusia mendapatkan catatan semua amal yang telah mereka perbuat di dunia. Tuhanmu tidak akan berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia dalam mencatat amalnya.” (QS Al-Kahfi (18) : 49)
Hari esok, 1 Syawal 1445 H, kita akan melaksanakan shalat Idul Fithri. Sebelumnya, sempurnakan puasamu dengan menunaikan zakat fitrah. Semoga Allah berkenan ampuni segala dosa kita dan meridhai seluruh amal shalih yang kita lakukan.
“Tidak ada rasa bersalah yang dapat mengubah masa lalu, dan tidak ada kekhawatiran yang dapat mengubah masa depan,” kata bijak dari Khalifah Umar bin Khathab.
Sesungguhnya, kata beliau lagi, “Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selain Islam.”
Akhirnya, sekiranya dalam komunikasi lisan maupun tulisan selama hari-hari Ramadhan terdapat sikap dan ucapan yang kurang berkenan, maka Penulis Serial Dakwah 1-11 ini, mohon dimaafkan.
MINAL ‘AIDZIN WAL FAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN !
Yogyakarta, 28 Ramadhan 1445 H/ 7/04/2024
IRFAN S. AWWAS