TEHERAN (Arrahmah.id) — Presiden Iran Ebrahim Raisi mengutuk serangan udara mematikan yang dilakukan Israel terhadap konsulat negaranya di Damaskus, ibu kota Suriah. Raisi menyebut “kejahatan pengecut itu tidak akan dibiarkan begitu saja”.
“Setelah kekalahan dan kegagalan berulang kali melawan keyakinan dan kemauan para pejuang Front Perlawanan, rezim Zionis telah memasukkan pembunuhan buta dalam agendanya untuk perjuangan menyelamatkan diri,” kata Raisi di situs kantornya, seperti dikutip dari kantor berita AFP (2/4/2024).
“Hari demi hari, kita telah menyaksikan menguatnya Front Perlawanan dan rasa muak serta kebencian negara-negara bebas terhadap sifat tidak sah (Israel). Kejahatan pengecut ini tidak akan dibiarkan begitu saja,” tegasnya.
Serangan udara terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang menjalankan operasi militer Iran di luar negeri.
Di antara korban tewas adalah Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haji Rahimi, keduanya komandan senior di Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Zahedi (63) telah memegang berbagai komando di Pasukan Quds selama karirnya di Garda Nasional selama lebih dari empat dekade.
Pemerintah Israel menolak mengomentari serangan tersebut.
Dewan Keamanan PBB akan membahas serangan mematikan itu pada Selasa (2/4) malam waktu setempat pada pertemuan yang diminta oleh sekutu Suriah, Rusia.
“Iran memiliki hak yang sah dan melekat berdasarkan hukum internasional dan Piagam PBB untuk mengambil tindakan tegas terhadap tindakan tercela tersebut,” kata misi Iran untuk badan dunia tersebut.
Mereka memperingatkan bahwa serangan itu “berpotensi memicu lebih banyak konflik yang melibatkan negara-negara lain” dan meminta Dewan Keamanan PBB “untuk mengutuk tindakan kriminal yang tidak dapat dibenarkan ini.” (hanoum/arrahmah.id)
Sebuah ekskavator membersihkan puing-puing setelah serangan Israel di konsulat Iran, di ibu kota Suriah, Damaskus, Suriah, pada 2 April. 2024. [Foto: REUTERS/Firas Makdesi]