QAMISHLI (Arrahmah.id) — Seorang remaja berusia 14 tahun dilaporkan menjadi anggota kelompok militan Islamic State (ISIS) dan memimpin kamp Al Roj yang didalamnya ditahan ribuan keluarga anggota ISIS. dia Diduga kuat menerapkan aturan Islam yang ketat sebagaimana yang pernah dilakukan ISIS ketika masih berjaya.
Remaja tersebut mengumpulkan sejumlah pemuda lain di kamp tersebut untuk membangun kembali ISIS pasca wilayah terakhir mereka di Baghouz dibombardir koalisi internasional beberapa tahun lalu.
“Dia seperti amir ISIS di kamp ini,” kata Rashid Omar (39) pada The Times (28/3/2024). Omar adalah direktur kamp al Roj, yang didalamnya ditahan sekitar 2.600 orang keluarga anggota ISIS, dengan separuhnya berusia di bawah 18 tahun.
Di kantornya, Omar memperlihatkan foto anggota muda ISIS itu dan wakilnya yang juga berusia 14 tahun.
Remaja yang menjadi pemimpin ISIS di kamp itu memimpin hampir semua remaja laki-laki dan memerintahkan penegakan aturan Islam secara tegas. Dia tidak akan diam saja ketika melihat ada yang melakukan kesalahan dan pelanggaran.
“Setiap kali kami mencoba mencarinya, anak-anak lain mulai menyerang kami. Ada banyak remaja bersamanya di kamp ini,” kata Omar.
Para pejabat yang bertanggung jawab atas kamp al Roj dan kamp penahanan lainnya, yang menampung ribuan perempuan dan anak-anak anggota militan ISIS, mengatakan bahwa menempatkan mereka bersama-sama meningkatkan ancaman berkembang biaknya lebih banyak radikalis dan ekstrimis.
‘Setiap kali kami mencoba memisahkan remaja laki-laki dari ibu-ibu radikal di pusat rehabilitasi, kami dikritik oleh badan-badan PBB karena pelanggaran hak asasi manusia. Apa yang harus kami lakukan?,’ kata Omar.
Anak-anak yang dibawa ke Suriah untuk hidup kembali dalam kekhilafahan telah menjadi radikal karena sebelumnya telah diajarkan orang tuanya
Dengan banyaknya negara seperti Inggris yang menolak memulangkan warganya dari Suriah dan jet Turki yang secara teratur menyerang wilayah tersebut dengan menyasar Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi, masalah-masalah ini semakin memburuk., kata Omar menambahkan.
Dilansir VOA (28/3), Kamp Al Roj sebelumnya pernah disebut kamp percontohan ketimbang kamp Al Hol yang dianggap biadab, tidak berperikemanusian, dan minim fasilitas. Namun, setelah adanya amir ISIS berusia 14 tahun disana, kamp mengalami kemunduran.
Dalam sejumlah penggeledahan di sekitaran kamp, telah banyak ditemukan pisau buatan sendiri dan peralatan las improvisasi yang diduga digunakan untuk membuat senjata.
Selain itu, 95 persen perempuan di kamp tersebut dari 55 negara telah kembali mengenakan niqab. Padahal sebelumnya banyak dari mereka yang membuka niqab.
Dampak semakin berkuasanya amir ISIS muda ini, para tahanan semakin menunjukkan perlawanan terhadap milisi Kurdi SDF. Dilaporkan perempuan dewasa di kamp telah mengarahkan gerakan menggorok leher milisi Kurdi SDF karena bekerja sama dengan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat. Mereka juga mengancam bahwa suatu saat kamp ini akan dikuasai mereka.
Meskipun kondisi demikina, direktur kamp tersebut mengatakan bahwa tidak semua remaja di kampnya mengalami radikalisasi. Sejumlah perempuan masih ada yang membuka jilbab mereka dan mau bekerja sama dengan milisi SDF, namun semakin sulit untuk mencegah pengaruh para remaja itu karena mereka telah menjadi dominan.
Salah satu tahanan paling menonjol di Al Roj adalah Shamima Begum, yang pergi ke Suriah pada usia 15 tahun dan kewarganegaraan Inggrisnya dicabut sejak saat itu. Dia mengajukan banding atas keputusan tersebut karena alasan keamanan bulan lalu, namun kalah dalam bandingnya.
Omar menggambarkannya shamima sebagai tahanan teladan dan menambahkan bahwa dia adalah salah satu dari sedikit perempuan di kamp yang menolak mengenakan niqab dan jilbab. Dia juga secara aktif menempatkan dirinya untuk melawan aturan Islam yang diterapkan kelompok muda ISIS ini. (hanoum/arrahmah.id)