KABUL (Arrahmah.id) – Imarah Islam Afghanistan, merujuk pada pernyataan ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS dan Kuasa Usaha AS untuk Afghanistan mengenai interaksi dengan pemerintah Afghanistan, mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari perbedaan pendapat di antara para pejabat AS mengenai Afghanistan.
Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam, menyatakan bahwa hubungan baik antara Kabul dan Washington merupakan kepentingan kedua negara.
“Di Amerika, ada perbedaan pendapat atau ketidaksepakatan tentang Afghanistan. Michael (McCaul) mungkin salah satu dari mereka yang mendukung perang di Afghanistan. Setelah kekalahan memalukan Amerika, mereka mungkin terpengaruh dan sekarang ingin mengekspresikan permusuhan dan permusuhan terhadap seluruh Afghanistan dan rakyatnya; tetapi ini bukan solusi.”
Michael McCaul, ketua Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, bereaksi terhadap pernyataan baru-baru ini dari Karen Decker, Kuasa Usaha Kedutaan Besar AS untuk Afghanistan, mengenai dukungan terhadap “peta jalan politik dan keterlibatan Afghanistan dengan Taliban,” dan mengklaim bahwa saran untuk terlibat dengan Taliban merupakan sebuah tamparan bagi rakyat Afghanistan, lansir Tolo News (10/3/2024).
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Komite Urusan Luar Negeri DPR AS, McCaul mendesak Presiden Joe Biden untuk tidak mendorong siapa pun untuk terlibat dengan Taliban.
“Menyarankan segala bentuk keterlibatan dengan Taliban adalah sebuah tamparan bagi rakyat Afghanistan yang menjadi korban ‘rezim Taliban’. Pemerintah seharusnya tidak mendorong keterlibatan dengan Taliban dalam situasi apa pun,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Mereka ingin mengubah suasana dan menggunakan tekanan sebagai sarana untuk mencapai keuntungan mereka sendiri. Jika mereka mendapatkan tanggapan positif, mereka mengatakan ada jalan yang baik dan sebuah celah; jika tidak, itu berarti ada celah yang negatif juga,” kata Aziz Maarij, seorang analis politik.
Namun, beberapa analis politik mengatakan bahwa dikotomi dalam kebijakan luar negeri Amerika terhadap pemerintah Afghanistan dipengaruhi oleh pemilihan umum 2024 di negara tersebut.
“Perbedaan muncul bagi mereka pada saat-saat kritis, terutama selama berbagai pemilihan yang mereka miliki, yang paling penting adalah pemilihan presiden,” kata Sayed Hashem Balkhabi, seorang analis politik.
Sebelumnya, Kuasa Usaha Amerika Serikat untuk Afghanistan menyatakan bahwa masyarakat sipil Afghanistan di Istanbul mendukung proses reintegrasi Afghanistan yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan peta jalan politik untuk keterlibatan dengan Imarah Islam. (haninmazaya/arrahmah.id)