GAZA (Arrahmah.id) – Saat dunia merayakan Hari Perempuan Internasional, badan bantuan dan pekerjaan PBB, UNRWA, mengungkapkan bahwa rata-rata, 63 perempuan terbunuh di Jalur Gaza setiap hari.
Pada saat yang sama, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan hampir 9.000 perempuan Palestina telah terbunuh sejak “Israel” melancarkan serangan genosida di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
“Diamnya komunitas internasional telah berkontribusi pada genosida terhadap perempuan Palestina,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra dalam sebuah pernyataan pada Kamis (7/3/2024).
Dia menambahkan bahwa “60.000 wanita hamil di Gaza menderita kekurangan gizi, dehidrasi dan kurangnya layanan kesehatan yang layak.”
Meskipun tema Hari 8 Maret tahun ini adalah ‘Berinvestasi pada Perempuan: Mempercepat Kemajuan,’ UNRWA mengatakan bahwa pada hari ini, ‘perempuan di Gaza terus menanggung perang brutal.’
“Setidaknya 9.000 perempuan telah terbunuh, lebih banyak lagi yang tertimbun reruntuhan,” kata badan tersebut di X pada Jumat (8/3).
On #InternationalWomensDay, the women in #Gaza continue to endure the consequences of this brutal war.
‼️ At least 9,000 women have been killed, many more are under the rubble.
‼️ On average, 63 women are killed in #Gaza per day – 37 are mothers who leave their families behind.
— UNRWA (@UNRWA) March 8, 2024
Dari “63 perempuan” yang dibunuh setiap hari, “37 di antaranya adalah ibu yang meninggalkan keluarga mereka.”
Al-Qudra mencatat bahwa perempuan Palestina, khususnya di Gaza, mengalami bencana kemanusiaan terburuk “yaitu pembunuhan, pengungsian, penangkapan, keguguran, epidemi dan kematian karena kelaparan sebagai akibat dari agresi “Israel”.”
Dia mendesak PBB untuk berupaya “segera menghentikan agresi dan genosida Israel” dan juga menyerukan “organisasi-organisasi perempuan internasional untuk memobilisasi upaya untuk mengakhiri agresi Israel” di Gaza.
Membayar Harga yang Mahal
Kantor Media Pemerintah Gaza dalam sebuah pernyataan pada Jumat (8/3) mengatakan “Israel” telah “membunuh 8.900 wanita Palestina selama genosida dan melukai lebih dari 23.000 orang, 2.100 orang hilang dan lebih dari setengah juta orang mengungsi.”
“Perempuan Palestina terus membayar mahal demi kebebasan dan martabat,” kata Kantor tersebut.
“Hari global ini datang kepada perempuan Palestina, khususnya di Jalur Gaza, sebagai contoh nyata penghinaan, pembunuhan, penembakan, penyiksaan dan pemindahan paksa terhadap perempuan, bukannya menghormati dan meninggikan mereka,” katanya.
Kantor tersebut mengatakan mereka memberi hormat pada “ketabahan” perempuan Palestina di bawah “kondisi genosida yang dilakukan oleh pendudukan.”
“Kami menganggap pemerintahan Amerika, komunitas internasional dan semua organisasi internasional yang relevan bertanggung jawab penuh atas… kondisi keras yang dikenakan kepada mereka oleh pendudukan, dengan partisipasi dunia dan pihak lain yang tetap diam atas bencana ini.”
Kantor tersebut menuntut tindakan diambil untuk menyelamatkan perempuan Palestina dari “kejahatan yang sedang berlangsung” yang dilakukan oleh “Israel”.
Peningkatan tajam angka kekurangan gizi di kalangan anak-anak, perempuan hamil dan menyusui di Jalur Gaza menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan mereka, kata Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) bulan lalu.
Mengutip analisis komprehensif baru yang dirilis oleh Global Nutrition Cluster, UNICEF mengatakan makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela.
Hal ini “mengganggu gizi dan kekebalan tubuh perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malnutrisi akut,” kata UNICEF. (zarahamala/arrahmah.id)