ALEXANDRIA (Arrahmah.id) — Pihak berwenang Mesir dilaporkan telah menahan seorang pria yang muncul dalam video viral yang meneriakkan slogan-slogan anti-rezim dan pro-Palestina di Alexandria.
Pria dalam video tersebut terlihat memanjat papan reklame di lingkungan sibuk Sidi Gaber di kota Mediterania dan berteriak secara terbuka menentang Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, menuduhnya menyerahkan hak-hak warga Palestina di Gaza di bawah rezim Israel yang brutal dan tidak pandang bulu.
“Al-Sisi adalah pengkhianat dan agen [Israel]…Saya tidak takut padamu, Sisi…Allah Maha Besar… Allah Maha Besar,” teriak pria dalam video yang beredar luas di platform media sosial, dikutip dari The New Arab (4/3/2024)
The New Arab tidak dapat memverifikasi rekaman tersebut secara independen.
Pasukan keamanan memukuli pria tersebut setelah mereka menggunakan tangga truk pemadam kebakaran untuk memaksanya turun dan kemudian menahannya, menurut saksi di tempat kejadian.
Keberadaan pengunjuk rasa saat ini masih belum diketahui, namun media sosial Mesir mengklaim bahwa dia adalah petugas polisi berpangkat rendah bernama Abdel-Gawad Mohamed.
Beberapa kelompok hak asasi manusia lokal yang dihubungi oleh TNA mengatakan bahwa mereka telah berusaha untuk menemukan pengunjuk rasa tersebut, namun otoritas keamanan membantah bahwa mereka telah menahannya.
Sejak perang Israel di Gaza meletus pada 7 Oktober tahun lalu, Mesir telah dikritik karena hanya mengizinkan warga Palestina yang terluka parah dan berkewarganegaraan ganda untuk memasuki negara tersebut dari daerah kantong pantai yang terkepung.
Gubernur Sinai Utara Mohamed Abdel-Fadeel Shousha menyatakan pada bulan Februari tahun ini bahwa sekitar 10.000 orang telah tiba melalui perbatasan Rafah, satu-satunya akses Gaza ke dunia luar.
Kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional berulang kali menuduh Sisi mengawasi tindakan keras terburuk terhadap hak asasi manusia di Mesir dalam beberapa dekade terakhir, dan ribuan pengkritiknya berada di balik jeruji besi. Beberapa menderita kelalaian medis dan dibiarkan mati perlahan, sementara puluhan lainnya dieksekusi. (hanoum/arrahmah.id)