GAZA (Arrahmah.id) – Seorang juru bicara PBB mengatakan pada Selasa (13/2/2024) bahwa lebih dari 160 bangunan sekolah sejauh ini telah dihantam di Jalur Gaza, di mana serangan “Israel” terus berlanjut.
“Rekan-rekan kemanusiaan yang bekerja di bidang pendidikan telah menganalisa citra satelit untuk menilai kerusakan sekolah-sekolah di seluruh Gaza.
“Penilaian mereka menemukan bahwa 162 gedung sekolah telah terkena serangan langsung, mewakili hampir 30% dari total 563 gedung sekolah di Gaza,” kata Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York, lansir Anadolu.
Setidaknya 26 dari gedung-gedung tersebut telah hancur, tambahnya.
“Sekitar 175.000 siswa dan lebih dari 6.500 guru mengalami dampak langsung dari serangan ‘Israel’. Setidaknya 55% sekolah di Gaza akan membutuhkan rekonstruksi penuh atau rehabilitasi besar-besaran,” kata Dujarric.
Ketika ditanya apakah “Israel” sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan di Gaza, Dujarric mengatakan bahwa pengiriman barang kemanusiaan “sangat tidak memadai” karena keadaan yang berada di luar kendali PBB.
“Sangat sulit untuk mendapatkan volume yang kami butuhkan melalui Kareem Shalom (penyeberangan),” katanya, seraya menambahkan bahwa ada juga masalah dengan keselamatan truk dan personel begitu mereka menyeberang ke daerah kantong.
“Sangat menantang untuk melakukan pengiriman ke luar Rafah utara karena sejauh yang saya ketahui, mekanisme de-konflik yang kami miliki dengan pihak berwenang ‘Israel’ untuk memastikan keamanan konvoi kami, tidak berjalan sebagaimana mestinya, jika memang berjalan,” katanya.
Penyaluran bantuan dilakukan “sedikit demi sedikit dengan cara yang oportunis, yang sejujurnya bukan cara untuk menjalankan operasi kemanusiaan.”
Dujarric mengatakan bahwa Sekretaris Jenderal Antonio Guterres telah menyatakan posisinya dengan “sangat jelas”, dan meminta semua pihak yang memiliki pengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat untuk menggunakan pengaruh tersebut untuk menghentikan pembantaian, memastikan bantuan kemanusiaan masuk, dan memastikan semua sandera dibebaskan.
Ketika ditanya mengapa Guterres tidak meminta negara-negara untuk menghentikan pengiriman senjata mereka ke “Israel”, Dujarric mengatakan: “Yang jelas bagi kami adalah bahwa semua uang yang dihabiskan untuk membeli senjata di seluruh dunia yang memicu konflik di berbagai belahan dunia akan lebih baik digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.”
“Israel” telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 28.473 korban dan melukai 68.146 orang. Sekitar 1.200 warga “Israel” diyakini telah terbunuh dalam serangan Hamas yang pertama.
Perang “Israel” di Gaza telah mendorong 85% populasi di wilayah tersebut untuk mengungsi di tengah-tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di daerah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB. (haninmazaya/arrahmah.id)