JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengonfirmasi kenaikan dramatis sejumlah makanan halal yang datang dari Cina, tetapi tetap skeptis atas pengembangan industri halal negara itu.
“Jumlah produk halal dari Cina telah meningkat sebesar 50 sampai 100 persen sejak tahun lalu,” kata Kepala LPPOM MUI Lukmanul Hakim kepada The Jakarta Post pada hari Rabu (9/11/2011).
Dia mengatakan bahwa beberapa ekspor makanan halal Cina ke Indonesia, jauh melebihi dari Eropa dan Amerika, produk-produk tersebut berasal dari Ningxia, sebuah provinsi yang dikenal dengan etnis Muslim Hui nya.
Muslim Cina di Ningxia, sekitar 38 persen dari 6,3 juta penduduk provinsi ini, baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah membangun industri halal untuk mengakomodasi bukan hanya kebutuhan sesama Muslim Cina, tetapi juga Muslim di negara-negara lain.
Komisi makanan halal Ningxia mengatakan bahwa provinsi ini memiliki lebih dari 10.000 pabrik dan restoran yang telah bersertifikat halal.
Industri halal daerah didukung oleh sebuah laboratorium berteknologi tinggi dan 300 staf ahli dan saat ini bernilai hingga 50 juta RMB (8 juta dollar AS).
Komisi itu menambahkan bahwa industri tersebut telah bekerja sama dengan mitra asing sejak 2008, bekerja sama secara timbal balik dengan lembaga-lembaga halal di Arab Saudi, Qatar, Mesir dan Malaysia, dengan Indonesia akan segera diagendakan.
Lukmanul mengakui perkembangan yang luas dari industri halal Cina, namun mengatakan bahwa LPPOM yang bertindak sebagai otoritas sertifikasi halal di Indonesia, tidak melihat adanya keterterlibatan dalam kerjasama Cina dalam waktu dekat.
“Tentu mereka bisa bekerja sama dengan Malaysia dan Saudi, tetapi di sini kita lebih memperhatikan standar dan kompetensi sumber daya manusia. Ini bukan hanya masalah pengeluaran sertifikat, “katanya.
LPPOM sejauh ini telah menyetujui sertifikasi halal dari 46 lembaga di luar negeri dari 22 negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Brasil dan Belanda. Dari semua arus ekspor halal ke Indonesia, ironisnya, Cina tidak membuat daftar. (M1/haninmazaya/arrahmah.com)