(Arrahmah.id) – Mohammed al-Zouari dipuji karena memberikan Brigade Al-Qassam, pengetahuan teknologi untuk menciptakan drone penyerang pertama mereka yang layak.
Namanya kini kembali mencuat usai Perlawanan Palestina mengumumkan penggunaan drone bernama ‘Zouari’ sebagai bagian dari serangan mereka terhadap “Israel”.
Latar belakang
Peran Mohammed al-Zouari dalam membantu sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, tidak diketahui publik sampai pembunuhannya pada 2016.
Meskipun tim bersenjata yang membunuh al-Zouari tidak pernah tertangkap, kematiannya secara luas dikaitkan dengan Mossad, yang dituduh membunuhnya di Tunisia.
Setelah kematiannya, al-Zouari berubah menjadi tokoh ikonik di seluruh wilayah pendudukan Palestina dan dunia Arab, namun kisahnya hanya sedikit diketahui di Barat.
Menjadi warga Tunisia sejak lahir, Mohammed al-Zouari lahir pada 1967 dan tumbuh dalam keluarga Muslim taat, ia menyelesaikan pendidikan agama dan formal sebelum lulus dari ‘Sekolah Insinyur Nasional’ di kota Sfax.
Bekerja di sejumlah negara Arab, al-Zouari meraih status sebagai professor di sebuah universitas, menjadi direktur teknis di sebuah perusahaan teknik mesin, pilot untuk maskapai penerbangan Tunisia, dan bahkan menjadi kepala ‘Klub Model Penerbangan Selatan’ tempat dia melatih para siswa tentang cara membuat drone dengan bahan terbatas.
Di masa mudanya, al-Zouari bergabung dengan Gerakan Ennahda, melalui perannya sebagai aktivis di ‘Persatuan Umum Mahasiswa Tunisia’, yang mengakibatkan penganiayaan dari rezim Presiden Zin El Abidine Ben Ali.
Hukuman penjara
Mohammed al-Zouari dipenjara dan ketika dibebaskan, diduga tinggal di antara Sudan, Suriah dan Libya selama sekitar 20 tahun, sebelum kembali ke tanah airnya setelah revolusi Tunisia pada 2011 yang menggulingkan Ben Ali.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan dengan istri mendiang, yang merupakan warga negara Suriah, sang istri mengungkapkan bahwa suaminya menggunakan nama ‘Murad’ dan tidak memberitahukan identitas aslinya sampai kira-kira satu setengah tahun setelah pernikahan mereka.
Di Suriah, sekitar 2006, ia secara resmi bergabung dengan Brigade Al-Qassam dan mulai mengerjakan proyek drone untuk mereka.
Mengenalkan Drone kepada Brigade
Pada 2008, al-Zouari dan tim khusus yang bekerja bersamanya, berhasil memproduksi sekitar 30 drone.
Kemudian, antara 2012 dan 2013, ia menghabiskan sekitar 9 bulan di Jalur Gaza, di mana ia berhasil memproduksi drone ‘Ababil’. Drone ini digunakan selama perang 2014 antara “Israel” dan Hamas, terbukti berhasil melakukan operasi dalam upaya mengusir pasukan penyerang “Israel”.
Sebelum pembunuhannya pada 2016, ketika dia berada di Tunisia, al-Zouari juga mengerjakan proyek kapal selam tak berawak.
Banjir Al-Aqsa
Hamas mengungkapkan bahwa 35 drone bunuh diri bertuliskan nama ‘Zouari’ digunakan oleh Brigade Qassam pada 7 Oktober, membuka jalan bagi pejuang mereka untuk menembus posisi militer penting milik militer “Israel”.
Penyebutan Mohammed Zouari oleh pejabat Hamas setelah peluncuran operasi ‘Banjir Al-Aqsa’ telah menambah intrik dalam kisahnya, yang bahkan mengejutkan banyak warga Palestina setelah pengumuman kesyahidannya pada 2016 oleh Brigade Al-Qassam.
Identitasnya benar-benar disembunyikan sampai pembunuhannya dan berita kematian yang dirilis oleh sayap militer Hamas. Setelah kepergiannya, al-Zouari adalah warga negara asing pertama yang diketahui terlibat secara intim di jajaran sayap bersenjata Hamas. (zarahamala/arrahmah.id)