GAZA (Arrahmah.id) – Ketika “Israel” dengan kejam mengebom seluruh wilayah kantong yang terkepung dan jumlah korban jiwa meningkat, pengiriman bantuan dan pertolongan kemanusiaan yang penting sambil menjaga keselamatan pekerja pertahanan sipil menjadi tugas yang semakin sulit.
“Pasukan “Israel” telah memisahkan wilayah tengah dari Khan Younis dan wilayah selatan Jalur Gaza, sehingga lebih berbahaya bagi kami untuk mengirimkan bantuan di wilayah tersebut,” kata juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) Nebal Farsakh kepada Al Jazeera pada Ahad (3/12/2023).
“Tantangan terbesar kami di wilayah utara adalah kehabisan bahan bakar. Bahkan selama masa gencatan senjata, kami tidak dapat mengirimkan truk bahan bakar yang dialokasikan untuk petugas medis kami di daerah tersebut. Jika ini terus berlanjut, ambulans kami tidak akan bisa diberangkatkan,” lanjut Farsakh.
Pada Ahad (3/12), Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan dua paramedis dan orang ketiga terluka setelah pasukan “Israel” menembaki dua ambulans di daerah Faluja, utara Jalur Gaza.
Dr Ashraf al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, mengatakan 34 petugas medis telah ditahan oleh “Israel”, termasuk kepala Rumah Sakit Al-Shifa’.
Al-Qidra menambahkan bahwa “Israel” telah menghancurkan 56 ambulans dan seluruh sektor kesehatan telah runtuh, membuat mereka tidak dapat memberikan perawatan yang menyelamatkan jiwa karena kurangnya peralatan dan staf.
Al-Qidra mengatakan “Israel” dengan sengaja menargetkan fasilitas medis yang tersisa di utara sehingga penduduk terpaksa pindah ke selatan, dan menambahkan bahwa hanya 403 pasien yang diizinkan meninggalkan Gaza untuk mendapatkan perawatan.
“Kami menyerukan kepada dunia untuk mengakhiri perang genosida di Gaza,” katanya. “Kami menyerukan semua pihak untuk berupaya menyediakan koridor kemanusiaan di mana bahan bakar dan tim medis diperbolehkan masuk dan korban diperbolehkan keluar.” (zarahamala/arrahmah.id)