TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Seorang remaja Palestina yang baru saja dibebaskan dari penjara Israel menceritakan penganiayaan yang dialaminya selama mendekam di balik jeruji besi. Remaja putra yang berasal dari Jenin ini, mengaku dirinya dipukuli di dalam penjara Israel hingga tangannya patah.
Dilansir Al Jazeera (28/11/2023), Mohammed Nazzal merupakan salah satu dari puluhan tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas selama empat hari terakhir.
Nazzal diwawancarai oleh Al Jazeera setelah dibebaskan dari penjara Israel baru-baru ini. Dia tampak mengenakan arm sling pada salah satu lengannya.
Dituturkan oleh Nazzal bahwa tangan dan jarinya patah setelah sipir penjara Israel memukulinya di dalam penjara seminggu lalu. Dia bahkan mengklaim jika dirinya tidak mendapatkan perawatan medis di dalam penjara, dan baru mendapatkan arm sling dari Palang Merah Internasional setelah dirinya bebas.
“Mereka tidak memberikan apa pun kepada saya,” ucap Nazzal merujuk pada otoritas penjara Israel.
“Tangan saya patah, jari saya tidak bisa digerakkan,” tuturnya.
Nazzal menuturkan dirinya ditahan di sebuah penjara yang ada di area gurun Negev, yang terkenal dengan perlakuan buruk terhadap para tahanan Palestina.
“Situasi para tahanan sangat buruk,” sebut Nazzal dalam wawancara dengan Al Jazeera.
“Pria-pria tua tergeletak di lantai, mereka menginjaknya… Saya masih muda, saya bisa menghadapinya, tapi bagaimana dengan mereka?” imbuhnya.
Ibunda Nazzal yang berlinangan air mata berdiri di sampingnya, dan mengatakan dirinya sama sekali tidak mengetahui apa yang telah terjadi selama putranya dipenjara.
“Tidak ada panggilan telepon, tidak ada kunjungan, tidak ada apa pun,” ucapnya.
Namun kesaksian juru bicara Perdana Menteri Israel untuk dunia Arab, Ofir Gendelman, membantah hal tersebut. Ofir kemudian mengunggah klip video Mohammed Nazzal ketika meninggalkan penjara sebelum menaiki bus Palang Merah.
Ofir menegaskan bahwa rekaman ini “mengungkap kebohongan Nazzal.” Dia menyatakan: “Ini adalah Muhammad Nazzal, seorang tahanan Palestina yang dibebaskan kemarin. Dia mengatakan kepada Media Arab bahwa penjaga penjara Israel mematahkan lengannya, tetapi ketika dia menaiki bus Palang Merah di penjara, mereka baik-baik saja!”
Akan tetapi klaim Israel itu kemudian dibantah sejumlah media independen yang melakukan cek dan ricek ke Mohammed Nazzal, Palang Merah, dan rekam medis.
Palang Merah membenarkan mereka memberinya perawatan medis di bus yang mengangkut mereka dari penjara. Mereka mencek bahwa jari-jari Nazzal memang patah sehingga mempengaruhi mobilitasnya.
Dari rekam medis ketika sampai di rumahnya pun jelas hasil rontgen memperlihatkan Nazzal mengalami patah tulang pada jari-jarinya, terutama pada telunjuk dan ibu jari pada kedua tangannya.
Kesaksian Mohammed Nazzal tentang penyiksaan yang dialaminya di penjara-penjara Israel sesuai juga dengan kesaksian para tahanan yang baru saja dibebaskan dan terlibat dalam perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Salah satu orang yang dibebaskan, Omar Al-Atshan, mengungkapkan rasa leganya setelah dibebaskan namun juga mengungkap penganiayaan yang dialami para tahanan di penjara-penjara Israel. Dia mengungkapkan, ada satu tahanan yang meninggal akibat penyiksaan.
Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, tahanan yang dibebaskan, Osama Naif Marmash, menggambarkan bagaimana tentara Israel sering menyerang mereka, menyita pakaian, selimut, dan kasur mereka, serta meninggalkan mereka hanya dengan selimut tipis.
Dia melaporkan bahwa dia ditahan secara administratif selama lima bulan terakhir tanpa dakwaan dan menyoroti kondisi yang sulit, termasuk kekurangan makanan, pemukulan, kelaparan, kedinginan, dan bentuk-bentuk pelecehan lainnya. (hanoum/arrahmah.id)