GAZA (Arrahmah.id) — Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza porak-poranda akibat serangan Israel sebelum gencatan senjata resmi dilakukan pada Jumat (24/11/2023). Rumah sakit ini sebelumnya dikepung tank dan dibombardir pasukan Israel.
Dilansir Al Jazeera (25/11), serangan itu juga diikuti dengan tentara Israel yang masuk rumah sakit untuk menginterogasi perawat hingga relawan. Para perawat diintimidasi hingga dipukuli untuk mencari tahu soal keberadaan milisi kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Tak hanya itu, pasukan Israel mendesak para perawat untuk memberi tahu keberadaan pintu masuk dan pintu keluar RS Indonesia. Mereka pun berlalu lalang di dalam rumah sakit sambil menginterogasi perawat di sana.
“Ketika mereka menyerbu masuk rumah sakit melalui pintu utama, mereka menginterogasi saya bersama tiga perawat lainnya,” ujar salah satu perawat kepada Al Jazeera.
“Mereka bertanya apakah ada anggota milisi di sini. Mereka bertanya tentang pintu masuk dan keluar rumah sakit. Kami semua panik dan sangat ketakutan,” lanjutnya.
“Kami mengatakan kepada mereka bahwa kami warga sipil, kami merawat anak-anak dan orang sakit, kami perawat,” lanjut perawat perempuan itu.
Pengakuan serupa juga diungkapkan perawat laki-laki yang ikut bertugas di RS Indonesia. Ia menjelaskan pasukan Israel menyerang rumah sakit dengan menembakkan rudal ke lantai 4.
Tentara itu kemudian memutus aliran listrik rumah sakit, hingga menembaki orang-orang di dalam gedung. Sang perawat juga mengatakan semua tentara itu datang untuk memeriksa satu per satu warga sipil di RS Indonesia.
“Lantai 4 rumah sakit menjadi sasaran rudal. Mereka juga memutus aliran listrik,” ujar perawat laki-laki itu.
“Kami memiliki 25 orang dengan bagian tubuh patah yang tidak dapat bergerak atau berpindah tempat,” lanjutnya.
“Mereka menembak di dalam gedung, mereka mencari satu per satu, dan memperhatikan wajah semua orang sambil menginterogasi saya,” sambung perawat itu.
Saat diinterogasi, sang perawat harus menjawab segudang pertanyaan dari tentara Israel. Ia mengaku bertugas sebagai perawat dan mengurus para pasien di rumah sakit.
Namun, tentara Israel justru membawanya ke sudut ruangan untuk dipukuli. Perawat itu mengaku dipukul dan ditampar berulang kali ketika tentara Israel bertanya soal rumah sakit, tawanan, hingga sandera.
“Mereka membawa saya ke sudut dan memukuli saya, serta menanyakan banyak pertanyaan tentang rumah sakit, para tawanan, dan sandera,” ujar sang perawat.
“Setiap pertanyaan disertai dengan tamparan. Setelah itu mereka pergi,” sambungnya.
Kerusakan di RS Indonesia dan situasi yang masih genting juga menyebabkan jenazah korban serangan Israel belum bisa dimakamkan.
Area sekitar rumah sakit dipenuhi puing-puing bangunan yang runtuh. Kondisi di dalam bangunan juga semakin mengenaskan, terlihat dari koridor yang menjadi bangsal karena tempat berlindung kian terbatas.
Dalam video unggahan Al Jazeera, sejumlah jenazah tampak masih terbaring di ranjang dan berada di luar bangunan. Bahkan, terdapat satu ruangan yang berisi banyak jenazah berjejeran.
Semua jenazah itu tak kunjung dikubur lantaran warga sipil Palestina dapat langsung diserang sniper jika kedapatan menggali tanah atau bergerak di luar area.
Sementara itu, Israel dan milisi Hamas resmi memasuki fase gencatan senjata selama empat hari di Jalur Gaza mulai Jumat (24/11) pukul 07.00 pagi waktu setempat atau 12.00 WIB.
Dalam kesepakatan gencatan senjata ini, Hamas setuju untuk melepas 50 dari 239 sandera yang ditahan di Gaza. Sedangkan, Israel juga akan membebaskan 150 tahanan perempuan dan anak-anak dari penjara Israel. (hanoum/arrahmah.id)