GAZA (Arrahmah.id) – Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan pada Rabu pagi (22/11/2023) bahwa 14.100 syuhada Palestina, termasuk lebih dari 5.840 anak-anak, telah tewas dalam genosida “Israel” di Jalur Gaza. Setidaknya 33.000 orang terluka, dan lebih dari 6.800 orang masih hilang dan diyakini tewas di bawah reruntuhan.
Dalam 24 jam terakhir, sekitar 200 warga Palestina tewas akibat pengeboman “Israel”, menurut direktur kantor media pemerintah Hamas di Jalur Gaza, Ismail al-Thawabteh, yang mengatakan bahwa hampir 800.000 warga Palestina masih tinggal di utara Lembah Gaza.
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Ahmed al-Kahlot, mengatakan kepada Al-Jazeera Arab bahwa mereka telah menerima 60 orang yang tewas dan 200 lainnya luka-luka dalam pengeboman Israel.
Kahlot mengatakan RS Kamal Adwan mulai menggunakan minyak nabati sebagai pengganti solar untuk mengoperasikan generator listrik di tengah kekurangan bahan bakar.
Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Al-Safadi, mengatakan pada Rabu (22/11) bahwa Jalur Gaza membutuhkan 800 truk bantuan per hari yang berisi pasokan makanan, air, medis, dan bahan bakar untuk meringankan krisis.
Pasukan “Israel” mengebom sepuluh rumah pada Rabu pagi (22/11) di daerah Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza, menewaskan 30 orang. Selain itu, sepuluh orang tewas di daerah Sheikh Radwan di Kota Gaza setelah serangan terhadap dua rumah, Wafa melaporkan.
Di wilayah Al-Sabra, 15 orang tewas ketika serangan udara menghantam enam rumah, sementara lima rumah di lingkungan Al-Daraj dan Al-Tuffah di Kota Gaza dibom, menewaskan dan melukai puluhan orang.
Puluhan rumah di lingkungan Al-Rimal, kamp pengungsi Al-Shati, Tal Al-Hawa dan Sheikh Ejleen dibom, semuanya di Gaza utara. Tiga rumah dibom di Beit Hanoun, menewaskan 25 orang.
Di distrik Rafah di Gaza selatan, rumah keluarga Awaida dibom. Pesawat tempur dan tank Israel juga menyerang daerah di Khan Yunis, Al-Maghazi, Al-Bureij, dan Al-Nuseirat. (zarahamala/arrahmah.id)