ALJIR (Arrahmah.id) – Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa perang yang dilancarkan oleh tentara pendudukan “Israel” di Jalur Gaza yang terkepung sejak 7 Oktober menargetkan “keberadaan Palestina” dan dia menekankan bahwa darah rakyat Palestina akan menjadi “kutukan bagi pendudukan [“Israel”] dan mereka yang berdiri di belakangnya.”
Abbas menyampaikan komentarnya dalam pidato peringatan 35 tahun Deklarasi Kemerdekaan oleh mendiang Presiden Yasser Arafat pada 15 November 1988, di hadapan Dewan Nasional Palestina yang diadakan di Aljazair.
“Perang agresif yang tidak adil yang kita hadapi adalah perang melawan keberadaan Palestina dan identitas nasional Palestina; identitas tanah dan identitas manusia. Ini adalah sebuah episode dari rangkaian agresi [“Israel”] yang berkelanjutan,” kata Abbas. “Ini juga merupakan aib bagi mereka yang mendukung agresi ini dan memberikan kedok politik dan militer.”
Jalur Gaza adalah bagian integral dari wilayah Negara Palestina, tegas pemimpin veteran Palestina tersebut sambil menekankan bahwa prioritas pertama adalah menghentikan “agresi biadab” dan “mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi kemarin mengecam “keheningan yang tidak dapat diterima” Dewan Keamanan PBB terhadap “brutalitas” tentara pendudukan “Israel” dalam menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza.
“Penderitaan di Rumah Sakit Al-Shifa menunjukkan barbarisme yang dibiarkan karena diamnya Dewan Keamanan PBB,” tulis Al-Safadi di X. “Bagaimana bisa Dewan tetap diam mengenai pemaksaan anak-anak keluar dari inkubator? Kami mengutuk sikap diam atas kebrutalan ini, karena hal ini justru menutupi kejahatan perang. Hal ini tidak dapat diterima dan tidak dapat dibenarkan, dan Dewan harus bertindak.”
Saat fajar pada Rabu (15/11/2023), tentara pendudukan “Israel” menyerbu kompleks rumah sakit dalam operasi militer yang oleh para saksi mata digambarkan sebagai “mimpi buruk”, meskipun kompleks tersebut penuh dengan warga Palestina yang sakit, terluka dan terlantar, serta staf medis. Puluhan mayat tergeletak tak terkubur di halaman rumah sakit ketika penembak jitu “Israel” menargetkan siapa pun yang mencoba meninggalkan kompleks tersebut.
Menurut kantor media pemerintah di Gaza, hampir 1.500 staf medis dan sekitar 700 pasien, 39 bayi prematur, dan 7.000 pengungsi masih berada di dalam Rumah Sakit Al-Shifa. (zarahamala/arrahmah.id)