KABUL (Arrahmah.com) – Pasukan operasi khusus AS (SOF) telah membunuh lebih dari 1.500 warga sipil Afghanistan dalam serangan malam hari dalam kurun waktu kurang dari sepuluh bulan sejak akhir 2010 hingga awal 2011, analisis statistik resmi tentang penggerebekan terungkap dalam dokumen yang dibuat oleh komando AS-NATO.
Ini akan membuat serangan malam AS sejauh ini menjadi penyebab terbesar korban sipil dalam perang di Afghanistan. Sebelumnya, laporan oleh PBB di tahun 2010 mengatakan bahwa bom ranjau menjadi “penyebab utama” kematian warga sipil, namun hal tersebut belum diketahui kebenarannya.
Data dalam serangan malam yang diberikan kepada media yang terpilih, meliputi tiga waktu berbeda selama 90 hari, yaitu serangan malam dari Mei sampai Juli 2010, awal Agustus hingga awal November sampai pertengahan Februari. Mereka mengklaim selama serangan tersebut total 2.599 Mujahid kalangan menengah dan 723 pemimpin telah dibunuh, namun laporan seperti ini selama ini tidak pernah dibenarkan oleh pihak Mujahidin.
Serangan malam hari SOF selama 10 bulan itu mencapai 6.282 serangan.
Statistik penting ketiga yang sering diulang oleh para pejabat salibis AS dan NATO di tahun 2010 dan 2011 adalah bahwa tembakan yang ditembakkan oleh SOF hanya 20 persen dari keseluruhan serangan malam. Jika tembakan yang dilepaskan hanya 20 persen dari 6.282 serangan, itu berarti bahwa 2.844 orang tewas dalam 1.256 serangan.
Dengan pengecualian yang sangat langka, maka penggerebekan hanya menargetkan individu bukan kelompok. Mereka melancarkan serangan malam, karena mereka bertujuan menangkap individu di rumah saat mereka tertidur dan dibawa secara mengejutkan.
Oleh karena itu, minimal 1.588 orang (2.844 total tewas dikurangan 1.256 target dalam serangan mematikan) telah tewas meskipun mereka tidak ditargetkan.
Kondisi sosial-budaya dan psikologis dari serangan tersebut menjamin bahwa persentase warga sipil yang menjadi korban jauh lebih tinggi dari target “militan” seperti yang mereka gembar-gemborkan.
Di Afghanistan, setiap laki-laki dewasa memiliki senjata di rumahnya, diwajibkan oleh kode etik kuno “pashtunwali” untuk mempertahankan rumah, keluarga dan teman-temannya. Sebagai hasilnya, sipil yang tidak menjadi target dalam serangan malam selalu menjadi kerabat dekat atau tetangga baik dari mereka yang telah keluar untuk membantu melawan serangan bersejata.
Komandan SOF dan ISAF berulangkali membantah kematian sipil dalam serangan malam, kecuali perempuan dan anak-anak, semua pria yang tewas dalam serangan malam mereka katakan sebagai Mujahidin.
ISAF telah menghitung seluruh pria dalam serangan malam sebagai gerilyawan bahkan ketika korban adalah mereka yang memegang jabatan dalam pemerintahan boneka Afghan, seperti kasus yang terjadi di Gardez pada 12 Februari 2010.
Dalam penyerbuan itu, dua pria yang ditembak mati oleh unit SOF ketika mereka keluar dari tempat tinggal mereka dengan membawa senapan Kalashnikov ternyata adalah seorang jaksa distrik dan komandan kepolisian lokal. Namun demikian, ISAF melaporkan dalam siaran pers bahwa serangan yang mereka lancarkan di malam hari berhasil menewaskan dua “gerilyawan”.
Laki-laki dewasa di Afghanistan telah dikondisikan untuk “merespon agresif dalam membela rumahnya dan tamu-tamunya kapan pun ia merasakan rumahnya atau kehormatannya terancam” dan sepertinya sebagian besar dari kita melakukan hal yang sama.
Jenderal Mc Chrystal menyatakan penyesalannya bahwa respon oleh seorang pria Afghanistan untuk mempertahankan keluarga dan rumahnya kadang-kadang ditafsirkan sebagai tindakan gerilyawan dengan hasil yang tragis.
Meskipun sebagian besar dari yang ditargetkan dalam serangan malam mematikan itu jelas Mujahidin, namun proporsi korban yang snagat besar adalah warga sipil.
Namun bagaimanapun, serangan malam merupakan penyebab utama kematian terbesar warga sipil Afghan sepanjang perang Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)