GAZA (Arrahmah.id) — Ledakan besar meluluhlantakkan Kamp Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza, Selasa (31/10/2023). Sebanyak 50 orang tewas dan 150 orang terluka dalam serangan Israel tersebut.
Warga Palestina dengan putus asa mencoba menggali reruntuhan bangunan untuk menemukan keluarga maupun kerabat yang tertimbun.
Dalam rekaman video AFP (31/10), setidaknya 47 mayat ditemukan.
Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikelola kelompok perlawanan Palestina Hamas, menyebut puluhan orang lainnya kemungkinan terkubur di bawah reruntuhan.
Salah seorang warga Jabalia, Ragheb Aqal, menggambarkan serangan Israel tersebut seperti gempa bumi. Dia mengatakan rumah-rumah di kamp terkubur di bawah reruntuhan usai serangan Israel terjadi.
“Saya pergi dan melihat kehancuran… rumah-rumah terkubur di bawah reruntuhan dan potongan-potongan tubuh serta banyak korban luka dan korban luka,” kata pria berusia 41 tahun itu kepada AFP.
Mesir pun mengecam penyerangan tidak manusiawi terhadap blok pemukiman yang dilakukan Israel. Melihat serangan Keji, Mesir pun memutuskan membuka Perbatasan Rafah untuk membiarkan warga Palestina yang terluka mendapatkan perawatan medis.
Ini adalah pertama kalinya Kairo setuju untuk membuka penyeberangan bagi warga sipil sejak konflik pecah.
Sementara Israel menyebut serangan tersebut menargetkan seorang Komandan Hamas yang terlibat dalam serangan 7 Oktober lalu.
Hamas membantah klaim Israel yang menyebut serangan tersebut untuk membunuh komandan Hamas. Hamas menegaskan komandannya tak berada di Jabalia saat serangan terjadi.
“Kebohongan yang tidak berdasar,” tulis Hamas di Telegram. (hanoum/arrahmah.id)