LONDON (Arrahmah.id) — Hampir setengah juta pengunjuk rasa berunjuk rasa di kota-kota di Eropa, Timur Tengah dan Asia pada Sabtu, (28/10/2023) untuk menunjukkan dukungan bagi Palestina ketika militer Israel memperluas serangan udara dan darat di Jalur Gaza.
Dalam salah satu unjuk rasa terbesar di London, seperti dilansir Reuters (29/10/2023), rekaman udara menunjukkan kerumunan besar berbaris melalui pusat ibu kota untuk menuntut pemerintahan Perdana Menteri Rishi Sunak menyerukan gencatan senjata.
“Negara-negara adidaya yang terlibat saat ini tidak berbuat cukup. Inilah sebabnya kami ada di sini: kami menyerukan gencatan senjata, menyerukan hak-hak Palestina, hak untuk hidup, hak untuk hidup, hak asasi manusia, semua hak kami,” kata pengunjuk rasa Camille Revuelta pada Reuters.
“Ini bukan tentang Hamas. Ini tentang melindungi kehidupan warga Palestina,” tambahnya.
Pawai hari Sabtu sebagian besar berlangsung damai, namun polisi mengatakan mereka telah melakukan sembilan penangkapan: dua karena penyerangan terhadap petugas dan tujuh karena pelanggaran ketertiban umum – beberapa di antaranya diperlakukan sebagai kejahatan rasial.
Di tempat lain di Eropa, orang-orang turun ke jalan di Kopenhagen, Roma dan Stockholm.
Beberapa kota di Perancis telah melarang unjuk rasa sejak perang dimulai, karena khawatir hal tersebut dapat memicu ketegangan sosial. Namun meskipun ada larangan di Paris, unjuk rasa kecil tetap terjadi pada hari Sabtu. Beberapa ratus orang juga melakukan unjuk rasa di kota selatan Marseille.
Menggemakan sikap Washington, pemerintahan Sunak tidak menyerukan gencatan senjata, dan malah menganjurkan jeda kemanusiaan agar bantuan dapat menjangkau orang-orang di Gaza.
Inggris mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri setelah serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.
Jumlah korban tewas di Gaza telah meningkat menjadi 7.650 orang, sebagian besar adalah warga sipil, sejak pemboman Israel dimulai tiga minggu lalu, menurut laporan harian yang dirilis pada hari Sabtu dari kementerian kesehatan Palestina. (hanoum/arrahmah.id)