Oleh: Tia Damayanti, M.Pd.
Sungguh mengenaskan. Konflik Palestina kembali memanas dan menggemparkan dunia internasional. United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) dari Kementerian Kesehatan Gaza dan info resmi pemerintah Israel menghimpun data, bahwa Perang Israel-Palestina telah menyebabkan sekitar 4.800 korban jiwa dan 18.300 korban luka dari kedua belah pihak selama 7-18 Oktober 2023.
Mirisnya lagi, korban makin bertambah pasca serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah sakit yang dipenuhi pasien dan pengungsi di kota Gaza, Selasa (17/10/2023), menewaskan sedikitnya 500 warga Palestina. Serangan ini adalah insiden yang menelan korban paling banyak di Gaza sejak perang Hamas-Israel meletus.
Kantor berita Associated Press (AP) mencatat, peristiwa tersebut bahkan merupakan serangan udara Israel paling mematikan selama kurun waktu 15 tahun, yaitu sejak tahun 2008. Serangan terjadi menjelang lawatan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ke Israel, Rabu (18/10/2023), guna memperlihatkan dukungannya kepada Israel.
Beberapa negara, termasuk Indonesia serempak mengecam insiden ini. Semua sepakat tindakan tersebut tidak memiliki rasa kemanusiaan dan mendesak penghentian permusuhan.
Dari Indonesia, Presiden Joko Widodo menyampaikan sikap atas konflik Palestina dan Israel yang kembali terjadi. Presiden mendesak agar perang dan tindak kekerasan yang terjadi di daerah konflik yaitu Palestina segera dihentikan agar korban tidak makin bertambah.
Aksi demonstrasi memprotes dukungan Amerika pada Israel pasca serangan Hamas ke negara itu pun kian meluas. Ratusan orang yang tergabung dari Forum Persaudaraan Islam (FPI), Gerakan Nasional Pembela Fatwa Ulama (GNPF-U) dan Alumni 212 Rabu sore (11/10), mengadakan aksi di Kedutaan Besar Amerika di Jakarta.
Dalam demonstrasi “Aksi Bela Palestina” itu, massa memprotes tindakan Amerika mendukung Israel, terutama dengan mengirimkan armada kapal induk USS Gerald R. Ford dan beberapa kapal perusak, sehari setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.
Kecaman demi kecaman dan demonstrasi untuk mendukung Palestina terus dilakukan sejak dulu, namun konflik terus saja terjadi. Lalu apa sebenarnya akar permasalahan Palestina dan bagaimana agar Palestina bisa terbebas dari serangan Israel?
Akar Masalah Palestina
Jika kita cermati, persoalan di Palestina terdiri dari dua hal. Pertama adalah korban, yaitu rakyat Palestina dan yang kedua adalah penjajah, yaitu entitas Yahudi Israel laknatullah. Sebagai bagian umat Islam tentu kita wajib memberikan pertolongan dengan maksimal. Allah Swt. berfirman,
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” (QS. Al-Anfal: 72)
Ayat ini memerintahkan kita untuk memberikan pertolongan hingga tuntas. Namun sejauh, ini solusi Palestina hanya sebatas bantuan kemanusiaan, relawan, dan obat-obatan. Semua itu tentu bermanfaat untuk meringankan korban, tapi tidak untuk menghentikan penjajahan dan pembantaian. Ibarat jika di sebuah kampung berkeliaran anjing gila, apakah cukup sekadar mengobati korban, tanpa membunuh anjingnya?
Begitupun berbagai kecaman, kutukan, dan diplomasi dari para pemimpin negeri muslim tak pernah diindahkan. Sebab memang tak ada bahasa yang dimengerti oleh entitas Yahudi tersebut, kecuali perang.
Bahkan solusi yang ditawarkan Barat adalah “Two State Solution”, hidup berdampingan sebagai dua negara merdeka yang diakui. Padahal wilayah Palestina adalah milik kaum muslimin, sedangkan Yahudi Israel adalah pendatang yang hendak menjajah Palestina. Sayangnya, para pemimpin dunia Islam tak satupun menggerakan pasukannya untuk membela perjuangan Palestina.
Palestina Butuh Perisai
Sejak kekhilafahan Islam terakhir runtuh pada 1924, kaum muslimin kehilangan perisai pelindungnya. Wilayah Palestina menjadi tempat jajahan Yahudi melalui perjanjian internasional yang begitu licik dan jahat kepada kaum muslimin.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung. Maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, maka ia harus bertanggungjawab atasnya.“ (HR. al-Bukhari, Muslim, an-Nasai dan Ahmad)
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa imam/khalifah adalah junnah (perisai) layaknya tirai/penutup untuk menghalangi musuh menyerang kaum muslim, menghalangi sebagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, melindungi kemurnian Islam dan orang-orang berlindung kepadanya.
Sejarah telah mencatat bagaimana para khalifah dalam sistem Islam menjaga dan membebaskan bumi Palestina dari para penjajah. Dalam buku “Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah”, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi memaparkan ketika seorang Yahudi laknatullah Theodore Herlz meminta tanah Palestina untuk Yahudi, Sultan Hamid II secara tegas menyatakan bahwa, “Tanah Palestina bukanlah milikku, tetapi milik umatku. Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini, karena ia bukan milikku. Ia adalah hak umat Islam. Mereka telah berjihad untuk kepentingan tanah ini. Dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Maka silahkan Yahudi menyimpan harta mereka. ”
Begitulah ketegasan Sultan Abdul Hamid II berkenaan dengan tanah Palestina. Tak seujung kuku pun bisa terusik.
Ditambah lagi pada masa kepemimpinan Shalahuddin Al Ayyubi, pasukan Islam dengan gagah berani membebaskan kembali Palestina setelah sempat direbut oleh tentara Salibis.
Seperti itulah penjagaan khalifah terhadap tanah Palestina. Jika sampai hari ini Palestina terus membara, tanah sucinya direbut dan dikuasai oleh orang-orang Yahudi dan orang kafir, maka solusi tuntasnya adalah mengirimkan pasukan kaum muslim untuk berjihad guna mengusir Yahudi dari bumi Palestina.
Sayangnya perisai kaum muslim itu, saat ini telah lenyap. Oleh karena itu, sudah saatnya kaum Muslim bersatu mewujudkan perisai yang akan melindungi seluruh negeri-negeri muslim.
Wallahua’lam bishshawwab.