HERAT (Arrahmah.id) – Lebih dari 90% korban tewas akibat gempa berkekuatan 6,3 skala Richter di Afghanistan barat akhir pekan lalu adalah perempuan dan anak-anak, demikian dilaporkan pejabat PBB pada Kamis (12/10/2023).
Para pejabat Imarah Islam Afghanistan mengatakan bahwa gempa pada Sabtu menewaskan lebih dari 2.000 orang dari berbagai usia dan jenis kelamin di provinsi Herat. Pusat gempa berada di distrik Zenda Jan, di mana 1.294 orang tewas, 1.688 terluka dan setiap rumah hancur, menurut angka PBB.
Perempuan dan anak-anak lebih mungkin berada di rumah ketika gempa terjadi di pagi hari, kata Siddig Ibrahim, kepala kantor lapangan UNICEF di Herat. “Ketika gempa pertama melanda, orang-orang mengira itu adalah ledakan, dan mereka berlarian ke dalam rumah,” katanya, lansir AP.
Ratusan orang, sebagian besar perempuan, masih dinyatakan hilang di Zenda Jan.
Perwakilan Afghanistan untuk Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), Jaime Nadal, mengatakan bahwa tidak akan ada “dimensi gender” dalam jumlah korban tewas jika gempa terjadi pada malam hari.
“Pada saat itu, para pria sedang berada di lapangan,” kata Nadal kepada The Associated Press. “Banyak pria bermigrasi ke Iran untuk bekerja. Para wanita berada di rumah untuk melakukan pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak. Mereka terjebak di bawah reruntuhan. Jelas ada dimensi gender.”
Gempa pertama, beberapa gempa susulan dan gempa kedua berkekuatan 6,3 SR pada Rabu meratakan seluruh desa, menghancurkan ratusan rumah dari batu bata lumpur yang tidak dapat menahan kekuatan tersebut. Sekolah, klinik kesehatan dan fasilitas desa lainnya juga runtuh.
Dewan Pengungsi Norwegia menggambarkan kerusakan yang terjadi sangat besar.
“Laporan awal dari tim kami adalah bahwa banyak dari mereka yang kehilangan nyawa adalah anak-anak kecil yang tertindih atau tercekik setelah bangunan runtuh menimpa mereka,” kata dewan tersebut.
Rumah sakit bersalin di provinsi Herat memiliki retakan yang membuat strukturnya tidak aman. PBB telah menyediakan tenda-tenda sehingga para ibu hamil memiliki tempat untuk tinggal dan menerima perawatan, kata Nadal.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan bahwa badan dunia tersebut juga telah menyediakan ambulans ke rumah sakit regional dan mendistribusikan lampu tenaga surya, peralatan kebersihan dan bantuan lainnya kepada ratusan keluarga yang mengungsi. Program Pangan Dunia mengirimkan lebih dari 81 ton makanan, kata Dujarric di markas besar PBB hari Kamis.
Banyak orang di dalam dan di luar ibu kota provinsi Herat masih tidur di luar, bahkan ketika suhu turun.
Para pejabat bantuan mengatakan bahwa panti asuhan tidak ada atau jarang ada, yang berarti anak-anak yang kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya kemungkinan besar akan diasuh oleh kerabat atau anggota masyarakat yang masih hidup.
Gempa bumi sering terjadi di Afghanistan, di mana terdapat sejumlah garis patahan dan pergerakan yang sering terjadi di antara tiga lempeng tektonik di dekatnya. (haninmazaya/arrahmah.id)