JAKARTA (Arrahmah.id) – Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK) menyerukan agar semua pihak melihat masalah yang terjadi antara Hamas dan “Israel” secara jernih. JK juga mengungkapkan bahwa serangan yang dilakukan oleh Hamas sangat beralasan karena mereka ingin merdeka, sebagaimana Indonesia saat melawan Belanda.
“Negara atau bangsa yang diduduki tentu ingin merdeka, ingin bebas. Semua negara begitu. Seperti Indonesia, kita berperang melawan Belanda dulu karena ingin merdeka. Tentu itu alasannya,” uajr JK seperti dilansir VOA pada Ahad (8/10/2023).
Oleh karena itu, alasan Hamas untuk menyerang “Israel” bisa diterima. Tetapi, keberpihakan seseorang akan membuat orang itu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat permasalahan ini.
“Tentu! Tapi terbelah juga, mereka yang mendukung Palestina tentu menilai serangan Hamas baik. Tetapi mereka yang mendukung Israel, seperti Amerika, pasti menilai serangan Hamas itu tidak benar,” imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Dr. Sudarnoto Abdul Hakim.
“Serangan ini tidak akan dilakukan Hamas jika ‘Israel’ menaati solusi dua negara yang ditetapkan PBB,” ujarnya.
Sudarnoto menjelaskan bahwa “penyelesaian two-state-solution itu sudah sangat moderat tapi tidak bisa dilaksanakan karena terjadi pelanggaran-pelanggaran yang sangat fundamental. Beberapa kali, bahkan sering kali dilanggar, terutama yang terakhir di Masjid Al Aqsa, di mana kenyamanan orang untuk beribadah terganggu, adzan tidak diperbolehkan, sementara orang-orang Yahudi meniup terompet, yang mengganggu sekali.”
Ia juga menilai banyaknya kesalahan yang dilakukan “Israel” sudah tidak dapat ditolerir lagi, sehingga wajar bila Hamas melakukan upaya untuk memerdekakan Palestina.
“Kesalahan-kesalahan yang dilakukan ‘Israel’ sudah bertumpuk luar biasa dan masyarakat di Palestina, terutama faksi-faksi yang ada, seperti Hamas, gerah juga. Jadi yang dilakukan Hamas ini adalah upaya yang kesekian kalinya untuk memerdekan Palestina. Walaupun memang berisiko tinggi karena akhirnya warga sipil yang menjadi korban, baik di Palestina maupun ‘Israel’,” terangnya.
Meskipun demikian Sudarnoto menyerukan digunakannya pendekatan kemanusiaan dan keadilan untuk mencari solusi, dan menghentikan kekerasan di wilayah itu. (rafa/arrahmah.id)