CONAKRY (Arrahmah.id) – Seorang pelajar asal Guinea bersepeda sejauh 4.000 km (2.500 mil) melintasi Afrika Barat menuju Universitas Al-Azhar yang terkenal di Mesir dengan harapan bahwa lembaga Islam terkemuka tersebut akan menerimanya.
Mamadou Safayou Barry menghadapi panas terik, penangkapan, pemberontakan milisi, dan kudeta militer saat ia berangkat dari rumahnya di Guinea pada Mei dalam perjalanan epik selama empat bulan.
Ia tiba di Mesir pada 5 September, setelah melakukan perjalanan melalui Burkina Faso, Mali, Togo, Benin, Niger dan Chad.
Saat berada di Chad, kisah Barry menarik perhatian nasional dan para simpatisan menyumbangkan dana agar dia bisa terbang ke Mesir, yang berarti dia bisa menghindari bersepeda melalui zona perang aktif di Sudan.
Barry, ayah satu anak berusia 25 tahun yang sudah menikah ini, tidak mampu membiayai kuliah studi Islam yang telah lama ia impikan, dan ia juga tidak mampu membiayai penerbangan ke Mesir. Namun, ia memutuskan akan membuktikan tekadnya untuk kuliah di universitas tersebut dengan bersepeda di sana.
Al-Azhar adalah salah satu universitas tertua di dunia. Meskipun awalnya didirikan sebagai pusat pembelajaran Syiah pada 972 M, Al-Azhar kini menjadi universitas Sunni paling bergengsi di dunia.
Tekad Barry untuk belajar di sana muncul dari keinginannya untuk mencari “ilmu Islam”, namun pemuda asal Guinea ini beruntung bisa berhasil sampai di sana.
“Melakukan perjalanan melalui negara-negara ini sangat sulit karena tidak aman saat ini,” katanya kepada BBC.
“Mereka mempunyai begitu banyak masalah dan orang-orang di sana sangat ketakutan – di Mali dan Burkina Faso orang-orang memandang saya seolah-olah saya adalah orang jahat. Di mana-mana saya melihat militer dengan senjata besar dan mobilnya,” tambahnya.
Meskipun Barry mengatakan dia ditahan beberapa kali di Burkina Faso dan Togo, begitu dia sampai di Mesir, langkahnya membuahkan hasil dan dia diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Dekan Studi Islam Al-Azhar, Dr Nahla Elseidy.
Kisahnya yang luar biasa meyakinkan Elseidy untuk memberi Barry tempat di program Studi Islam di universitas tersebut dengan beasiswa penuh.
“Saya tidak dapat mengatakan kepada Anda betapa bahagianya saya… Saya bersyukur kepada Allah,” kata Barry kepada BBC setelah mendengar bahwa ia akan menjadi seorang sarjana Al-Azhar. (zarahamala/arrahmah.id)