GOLAN (Arrahmah.id) – Militer pendudukan “Israel” mengatakan bahwa tank-tanknya menembaki dua bangunan Suriah di Dataran Tinggi Golan, yang menurut militer merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan pelepasan wilayah pada tahun 1974 antara kedua negara.
“Serangan itu dilakukan setelah tentara IDF [tentara Israel] mengidentifikasi dua bangunan di area zona keamanan kemarin,” kata militer dalam sebuah pernyataan pada Kamis, seperti dilansir Al Jazeera.
“IDF menganggap rezim Suriah bertanggung jawab atas semua kegiatan yang terjadi di wilayahnya dan tidak akan membiarkan upaya apa pun untuk melanggar kedaulatan ‘Israel’,” klaimnya.
Serangan tersebut menargetkan sebuah lokasi di sisi Suriah dari garis demarkasi antara dataran Tinggi Golan yang diduduki “Israel” di sebelah barat, dan wilayah yang dikuasai Suriah di sebelah timur.
Pengumuman dari militer “Israel” tersebut muncul setelah setidaknya dua orang tewas saat mengendarai sepeda motor di dekat kota Beit Jinn, Suriah, sekitar satu jam di utara tempat tank-tank tersebut menyerang, dua sumber Palestina dan satu sumber keamanan Libanon mengatakan kepada kantor berita Reuters.
Kedua sumber Palestina tersebut menuduh “Israel” melakukan serangan untuk menargetkan kedua orang tersebut, yang diidentifikasi sebagai “militan”.
Militer “Israel” menolak untuk mengomentari serangan sepeda motor yang dilaporkan tersebut.
Namun pada Kamis (21/9/2023), Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sebuah lembaga pemantau perang oposisi, melaporkan bahwa sebuah pesawat tak berawak “Israel” telah menewaskan dua orang yang merupakan anggota dari organisasi Jihad Islam di daerah tersebut.
“Dua anggota Gerakan Al-Jihad Al-Islamy [Jihad Islam] terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak ‘Israel’ di daerah Baet Jen [Beit Jinn] di Rif Dimashq barat, dekat perbatasan dengan Golan yang diduduki Suriah,” ujar pernyataan SOHR.
Dataran Tinggi Golan -dataran tinggi berbukit seluas 1.200 kilometer persegi (463 mil persegi) yang juga menghadap ke Libanon dan berbatasan dengan Yordania- adalah wilayah Suriah yang diduduki “Israel” pada 1967, setelah “Israel” merebut daerah tersebut dalam Perang Enam Hari, sebelum mencaploknya pada 1981.
Pencaplokan sepihak tersebut tidak diakui secara internasional, kecuali oleh pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump, dan Suriah menuntut kembalinya wilayah tersebut.
Suriah mencoba merebut kembali Dataran Tinggi pada perang Timur Tengah tahun 1973, namun gagal. “Israel” dan Suriah menandatangani gencatan senjata pada 1974 dan Golan relatif tenang sejak saat itu.
Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus berpatroli di zona penyangga sepanjang 80 km (50 mil) antara Dataran Tinggi yang diduduki “Israel” dan Suriah. (haninmazaya/arrahmah.id)