Beberapa jam setelah kelompok Mahkamah Islam Somalia menarik pasukannya dari ibukota Mogadishu, tentara pemerintah transisi dan tentara Ethiopia memasuki kota tersebut dan menguasai sejumlah markas Mahkamah Islam yang telah dikuasai sejak bulan Juni lalu.
Para pakar urusan militer Somalia sepakat bila penarikan mundur pasukan Mahkamah Islam itu justru dalam rangka mereka menyusun strategi perang besar yang akan mereka lakukan dalam jangka panjang. Tapi penarikan mundur tersebut menurut para pakar, akibat strategi militer Mahkamah Islam yang keliru.
Abdul Hakim Abu Bakar, mantan petinggi militer tentara Somalia mengatakan,”Tampaknya pasukan Mahkamah Islam mulai membaca peta masalah secara lebih baik. Mereka menggiring masuknya pasukan Ethiopia ke seluruh kota Somalia agar mereka lebih mudah diserang dari berbagai sisi.” Ia juga menilai bahwa penarikan mundur pasukan Mahkamah Islam itu boleh jadi tepat untuk menghindari korban dan kerugian yang semakin besar dari barisan mereka. Selain itu, tambahnya, langkah ini adalah langkah konsolidasi untuk melakukan perang di sejumlah tempat dengan metode perang yang tidak pernah diketahui oleh pasukan pemerintah Somalia sebelumnya.
Ini adalah awal peperangan baru. Seperti itulah analisa pakar militer terhadap peristiwa mutakhir di Somalia tersebut. Dengan masuknya pasukan pemerintah ke Mogadishu diiringi dengan tentara Ethiopia, berarti peperangan akan mendapatkan umpannya. Sejumlah pengamat menyebutkan, seperti di tahun 90-an, pasukan AS pernah kewalahan menghadapi serangan-serangan sporadis pejuang Somalia.
Sementara sikap pemerintah Ethiopia yang turut campur dalam masalah Somalia juga dianggap langkah yang keliru. “Tentara Ethiopia mendukung pemerintahan transisi Somalia yang memang tidak legitimate dan lemah. Satu-stunya jalan keluar adalah dengan menurunkan pasukan internasional atau pasukan Uni Afrika menggantikan pasukan Ethiopia.”
Namun demikian, langkah pasukan Mahkamah Islam untuk melibatkan pasukan Ethiopia masuk dalam peta peperangan dan menjadi target serangan, juga dianggap langkah yang keliru secara militer dan strategi politik. Terlebih keunggulan pasukan udara tentara Ethiopia yang bisa meluluh lantakkan barisan Mahkamah Islam. “Mahkamah Islam tidak melandaskan strategi perangnya secara tepat saat ia menyebutkan telah menguasai 80% wilayah selatan beberapa waktu terakhir.” Selain itu, pasukan Mahkamah Islam juga melakukan kekeliruan karena sejumlah pernyataan berbahaya yang dikeluarkan oleh para pimpinan mereka. Seperti perkataan,”Kami akan memerangi Adis Ababa dan mendudukinya.” Perkataan itu dikeluarkan oleh sejumlah petinggi pasukan Mahkamah Islam dan sangat berpotensi memicu kemarahan dunia. (na-str/iol/era)