ARBIL (Arrahmah.id) — Neshmil Murad (16) tinggal di sebuah desa di Arbil, utara Irak, dan mulai menulis buku cerita untuk teman-temannya dalam bahasa Turki, yang dia pelajari sendiri melalui film dan buku-buku.
Sebagai pelajar SMP, Neshmil tinggal di desa Sheikh Side di distrik Mergasur, sekitar 140 kilometer dari pusat kota Arbil.
Selain sukses di sekolah, Neshmil menarik perhatian teman-temannya karena ketertarikannya pada bahasa Turki.
Ayah Neshmil, Murad Hoshawi, menyelesaikan pendidikan S1 di Turki. Setelah kembali ke negaranya, ayahnya, yang selalu menonton televisi Turki di rumah dan menceritakan kecintaannya pada Turki kepada anak-anaknya, dan dia menjadi panutan penting bagi putrinya Neshmil.
Selain bahasa Kurdi dan Turki, keempat saudara kandung Neshmil yang bisa berbahasa Inggris dan Persia juga mempelajari bahasa Turki, meski tidak fasih seperti dirinya.
Meski demikian, keluarga yang tidak menggunakan berbahasa Turki di rumah, terkejut dan sangat bahagia ketika Neshmil mengatakan pada hari ulang tahunnya dia bisa berbicara dalam bahasa Turki dengan lancar dan dia juga sedang menulis buku dalam bahasa Turki.
Gadis muda Irak, yang impian terbesarnya adalah belajar di sebuah universitas di Turki, mengatakan tentang kecintaannya pada bahasa Turki dan rencana masa depannya.
‘Saya mulai menulis buku harian dalam bahasa Turki pada usia 10 tahun,” katanya, dikutip dari Anadolu Agency (22/8/2023)
Neshmil yang melanjutkan pendidikannya di sekolah di desa, mengatakan bahwa dia menghabiskan masa kecilnya di desa bersama kakek-neneknya, dan dia memiliki mimpi untuk menulis buku.
Dia menghabiskan sebagian besar waktunya membaca buku dan membuat buku harian berbahasa Turki di taman rumah desa mereka, yang menghadap ke pegunungan dan penuh dengan pohon buah-buahan.
“Saya sangat menyukai bahasa Turki. Kemudian saya mulai membaca, mendengarkan lagu, menonton video. Saya mulai menulis buku harian dalam bahasa Turki pada usia 10 tahun,” ucap dia.
Mengejutkan keluarganya di hari ulang tahunnya
Gadis Irak itu menyatakan bahwa pengetahuan ayahnya tentang bahasa Turki berpengaruh besar padanya, dia membaca buku-buku ayahnya, dan dia memesan banyak buku dari Turki.
“Saya tidak berbicara bahasa Turki kepada siapa pun di rumah. Saya hanya berbicara pada diri sendiri, berbicara di depan cermin, di taman. Saya belum memberi tahu keluarga saya bahwa saya begitu lancar belajar bahasa Turki.”
“Pada hari ulang tahun saya tanggal 9 Agustus, Saya memberi tahu keluarga saya bahwa saya sangat memahami bahasa Turki dan saya menulis sebuah buku. Keluarga saya sangat terkejut dan bahagia. Sampai saat itu, mereka tahu bahwa saya sudah bisa bahasa Turki, tetapi mereka tidak tahu bahwa saya berbicara dengan lancar dan menulis sebuah buku,” jelas dia.
‘Saya ingin buka jalan bagi teman saya dengan buku’
Neshmil memutuskan untuk menulis buku dalam bahasa Turki tahun lalu.
Calon penulis muda ini menyelesaikan bukunya yang berjumlah kurang lebih 100 halaman, terdiri dari 8 bab, dengan melakukan penelitian selama setahun dan mencatat di buku catatannya.
“Saya ingin membuka jalan bagi teman-teman saya dengan buku ini. Ada yang punya mimpi tapi tidak tahu bagaimana memulainya. Saya ingin menjadi teladan bagi mereka. Saya berpesan kepada mereka untuk tidak menyerah dalam menghadapi kesulitan. Saya ingin menulis buku motivasi di masa depan juga,” ujar dia.
Menyatakan bahwa kaum muda menghabiskan banyak waktu di depan telepon dan komputer, Neshmil menyarankan teman-temannya untuk mencoba hal-hal baru dan membaca buku.
Dia juga menyatakan bahwa dia ingin bukunya menjangkau orang-orang dan dia berencana untuk menerbitkannya.
Menyadari tidak adanya perpustakaan di distrik Mergasur dan desa-desanya, gadis Irak itu menegaskan ingin menyumbangkan buku untuk membuka perpustakaan.
“Saya ingin belajar di universitas di Turki,” katanya.
Menarik perhatian karena kecintaannya pada Turki dan juga bahasa Turki, dia menambahkan, “Saya belum pernah ke Turki, tapi saya sangat ingin pergi ke sana. Saya ingin berbicara dengan orang-orang di Turki.”
“Saya ingin melihat budaya dan makanan mereka. Saya harap untuk pergi ke sana suatu hari nanti juga. Ke Ankara, saya ingin pergi ke Istanbul, Antalya, dan banyak kota lainnya,” ungkap dia.
Ayahnya impikan agar putrinya belajar di Turki.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Murad Hosevi mengatakan bahwa dia tinggal di Turki selama 7 tahun dan kuliah Hubungan Internasional di METU.
Hosevi menyatakan bahwa anak-anaknya belum pernah melihat Turki, namun dia selalu bercerita tentang Turki kepada mereka. (hanoum/arrahmah.id)