IDLIB (Arrahmah.id) — Pesawat tempur Rusia telah membombardir pangkalan milik kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy Syam (HTS) pada Senin (21/8/2023) dini hari.
Menurut kelompok pemantau perang Suriah, serangan udara ini terjadi di wilayah barat laut negara tersebut.
“Pesawat tempur Rusia melakukan serangan udara di pinggiran barat kota Idlib, menargetkan pangkalan militer milik HTS…menewaskan sedikitnya delapan milisi,” kata Rami Abdel Rahman, kepala Observatorium Suriah untuk Hak asasi Manusia, dikutip dari Al Arabiya (23/8).
Beberapa milisi lainnya terluka dalam serangan tersebut, dengan beberapa dalam kondisi kritis.
Seorang koresponden AFP di lokasi serangan mengatakan HTS menutup daerah itu setelah serangan udara Rusia, yang terjadi tak lama setelah tengah malam.
Perang saudara Suriah pecah sejak 2011 setelah represi pemerintah terhadap demonstrasi damai meningkat menjadi konflik mematikan yang menarik kekuatan asing dan jihadis global.
Moskow adalah sekutu utama Damaskus, dan intervensinya di Suriah sejak 2015 membantu mengubah keadaan menjadi menguntungkan rezim Assad.
Pada 5 Agustus, tiga anggota keluarga, semuanya warga sipil, tewas ketika pesawat tempur Rusia menyerang pinggiran kota Idlib. Serangan ini juga dilaporkan oleh Observatorium.
Pada 25 Juni, lanjut Observatorium, serangan udara Rusia menewaskan sedikitnya 13 orang termasuk sembilan warga sipil di provinsi Idlib, dalam apa yang dikatakan kelompok itu sebagai serangan paling mematikan di Suriah sepanjang tahun ini.
Seorang anggota Partai Islam Turkistan, kelompok jihadis yang didominasi Uighur, termasuk di antara empat milisi yang tewas dalam serangan 25 Juni tersebut, yang juga melukai sedikitnya 30 warga sipil.
Dengan dukungan Rusia dan Iran, Damaskus telah merebut kembali sebagian besar wilayah yang sebelumnya dikuasai kelompok.
Perang Suriah telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dan memaksa sekitar setengah dari populasi sebelum perang di negara itu meninggalkan rumah mereka.
Wilayah Idlib yang dikuasai pemberontak adalah rumah bagi sekitar 3 juta orang, sekitar setengah dari mereka mengungsi dari bagian lain negara itu.
Sejak 2020, kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh sekutu Damaskus; Moskow, dan pendukung pemberontak Suriah; Ankara, sebagian besar diadakan di barat laut Suriah, meskipun terjadi bentrokan berkala. (hanoum/arrahmah.id)