RIYADH (Arrahmah.com) – Putera mahkota Arab Saudi, Pangeran Sultan bin Abdulaziz, yang meninggal pada hari Sabtu (22/10/2011), merupakan figur utama dalam negara pengekspor minyak terbesar dunia yang mendominasi kebijakan pertahanan dan yang selama ini diprediksi sebagai raja Saudi masa mendatang, Reuters melansir.
Pria yang sekaligus menjabat sebagai menteri pertahanan selama setengah abad ini memiliki kekuasaan absolut dalam angkatan bersenjata. Ia dikenal sebagai salah satu dari tujuh bersaudara yang lahir dari istri yang paling disukai oleh Raja Abdulaziz Ibn Saud, pendiri kerajaan Saudi.
Sultanlah yang selama ini berfoya-foya membelanjakan anggaran pertahanan Saudi sehingga menjadikan negara petrodolar ini sebagai pembeli terbesar senjata dunia.
Pria kelahiran 1920-an itu meninggal karena kista usus yang dideritanya. Ia sempat memperoleh operasi pengangkatan kista pada tahun 2005 dan menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya di luar negeri untuk memperoleh pengobatan dan rekreasi.
Sementara pihak Arab Saudi bersikeras bahwa ia telah sepenuhnya sembuh. Salah seorang diplomat di Riyadh mengatakan ia secara bertahap mundur untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan sering bekerja hanya untuk satu atau dua jam sehari.
Sebagian besar tugasnya telah dialihkan ke pangeran informal lainnya, terutama kepada putranya, Khaled, yang memimpin pasukan Saudi dan Arab selama perang 1991 untuk mengusir tentara Irak Saddam Hussein dari Kuwait. Pangeran Khaled, yang adalah asisten menteri pertahanan, juga pemilik harian pan-Arab Al-Hayat.
Saat menjabat menteri pertahanan, Sultan menghabiskan ratusan miliar untuk memodernisasi militer negaranya, menggandakan angkatan bersenjata reguler hingga lebih dari 100.000 personil, dan membeli senjata yang canggih dari seluruh dunia.
Arab Saudi telah menjadi salah satu pembeli terbesar senjata dunia selama beberapa dekade terakhir dan hal ini merupakan salah satu cara mereka untuk membelanjakan pendapatan besar dari ekspor minyak yang masuk ke kas negara.
Para pemimpin Barat secara teratur merayu anggota keluarga kerajaan besar Saudi, khususnya Pangeran Sultan, untuk mempromosikan perangkat keras mereka dalam bidang militer.
Pada bulan September 2010, para pejabat AS mengatakan mereka memperkirakan penjualan senjata untuk Saudi bernilai $ 60 miliar.
Menteri di Kabinet Pertama
Sultan adalah salah satu dari sekelompok pangeran muda ambisius yang dipersiapkan untuk memegang jabatan tinggi pada usia dini.
Pada tahun 1947 ayah Sultan Raja Abdulaziz, yang menaklukkan sebagian besar semenanjung Arab dan mendirikan kerajaan Arab Saudi, mengangkatnya sebagai gubernur ibukota Riyadh, sebuah jabatan kunci yang saat ini dipegang oleh adiknya, Pangeran Salman.
Dia kemudian diangkat menjadi menteri pertanian dalam kabinet pertama kerajaan pada tahun 1953 dan diangkat sebagai menteri komunikasi dua tahun kemudian. Pada tahun 1962 ia diangkat menjadi menteri pertahanan dan penerbangan, sebuah pos yang telah membuatnya bertahan menjabat selama hampir lima dasawarsa.
Sejak lahir di Riyadh, Sultan dididik oleh tutor pribadi dan berbicara sedikit bahasa Inggris. Dia juga disekolahkan di insitusi pendidikan khusus kalangan elit kerajaan.
Dia sangat antusias untuk mempertahankan hubungan erat dengan Barat, khususnya AS.
Dia pun merupakan direktur maskapai nasional, Saudi Arabian Airlines (Saudia), sejak tahun 1965. (althaf/arrahmah.com)