MANIPUR (Arrahmah.id) — Hampir 10.000 warga Muslim Meitei terjebak dalam kontak senjata antara pasukan keamanan dengan kelompok bersenjata di dalam dan sekitar Kwakta, sebuah kota kecil di dekat zona penyangga yang membagi lembah dan perbukitan Manipur.
Dilansir Deccan Herald (8/8/2023), situasi di Kwakta berubah menjadi tidak stabil setelah kelompok bersenjata dari etnis Kuki dari distrik Churachandpur menyelinap masuk dan membunuh tiga orang Meitei pada 5 Agustus lalu.
Ketegangan di kota itu kembali memuncak sejak Kamis, ketika sekitar 500 anggota kelompok bersenjata Meitei masuk ke kamp Batalyon Cadangan India di Narensenia dan diduga merampas hampir 300 senjata.
Pasukan keamanan India kemudian meningkatkan operasi penyisiran di dalam dan sekitar Kwakta saat beberapa rumah terlantar milik etnis Kukis dibakar.
Muslim Meitei, yang secara lokal disebut Pangals, mengatakan hampir 75 rumah milik mereka juga hancur akibat penembakan dan pengeboman oleh pasukan keamanan serta kelompok bersenjata.
Pada hari Selasa, sekelompok Meitei Pangals yang dipimpin oleh Abdul Karim, mengimbau etnis Kukis dan etnis Meitei untuk menghentikan kekerasan dan mendesak pemerintah untuk mendirikan kamp bantuan bagi hampir 1.000 Meitei Pangals, yang rumahnya rusak akibat tembakan yang terus menerus.
“Hampir 15 Meitei Pangal juga terluka dalam tembak-menembak. Kami bukan bagian dari konflik tetapi kami sangat menderita. Kami membutuhkan bantuan segera dan ini adalah seruan tulus kami kepada kedua komunitas untuk duduk berunding dan mengakhiri konflik,” kata Karim kepada wartawan di Kwakta.
“Suasana seperti perang terjadi di sini, anak-anak kami ketakutan,” katanya.
Lebih dari 150 orang tewas dan lebih dari 60.000 lainnya kehilangan tempat tinggal akibat bentrokan antara bagian Meitei dan Kukis di Manipur sejak 3 Mei. (hanoum/arrahmah.id)