YOGYAKARTA (Arrahmah.id) – Pemerintah Daerah (Pemda) DIY berupaya agar pengelolaan sampah di DIY akan menghasilkan residu seminimal mungkin sekaligus mampu mengolah sampah menjadi energi baru. Penggunaan teknologi yang mampu mewujudkan pengelolaan tersebut pun tengah dalam pengupayaan program Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono menjelaskan, nanti perkembangannya teknologi yang diharapkan itu sudah bisa memisah sampah dan mengolah mana plastik, mana kertas, mana yang organik, yang kemudian diolah. Jadi, nanti keluar produknya tidak ada limbah dan residu, lansir Republika (4/8/2023).
“Kalau 0 persen saya kira nisbi ya. Intinya residunya tidak ada karena menjadi produk turunan, menjadi listrik, menjadi kompos, menjadi produk daur ulang. Teknologi ini yang kita minta di KPBU,” jelas Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (3/8).
Beny berharap teknologi yang diterapkan nanti dapat mengurangi gunungan sampah yang ada di TPA Piyungan. “Sampah yang masuk kan masuk pabrik, dipilah dan diolah sehingga yang ke luar tidak ada lagi residu. Residunya sudah ekonomi bergulir jadi energi baru dan produk baru,” ujarnya.
Terkait program KPBU untuk pengelolaan sampah, Beny menuturkan saat ini penawaran kerja sama sudah dilakukan. Selagi menunggu investor yang tertarik, Pemda DIY pun menyiapkan anggarannya.
“Total dana proyek yang ditawarkan besar sekali, karena itu kami sekarang sedang menyiapkan anggarannya. Kalau nanti DPRD setuju, ya kita ajukan. Pengajuan sekitar Rp 100 miliar itu nanti kita siapkan untuk tahun 2024,” ungkap Beny.
Selain itu, dikatakan Beny, ke depan Pemda DIY juga akan berupaya untuk mengatur tata cara pengiriman sampah ke TPA Piyungan. Misalnya, dengan menjadwalkan waktu pengiriman sampah bagi truk-truk sampah yang selama ini menyetorkan sampah ke TPA Piyungan. Dalam hal ini dibutuhkan pula kerja sama dan kesadaran para petugas truk-truk sampah untuk menaati jadwal yang telah ditentukan. Ini dilakukan supaya sampah tidak menumpuk.
“Tapi kalau tidak disiplin, ya seperti sekarang ini. Antre panjang di pinggir jalan, semua pada marah, bau, dan bikin macet. Lindinya juga tetap mengalir. Nanti jadi rame lagi,” kata Beny.
Beny pun menambahkan, Pemda DIY mendorong Pemkot Yogyakarta untuk secepatnya melakukan desentralisasi sampah. Hal ini dikarenakan masih ada sisa sampah dari Kota Yogyakarta yang tidak tertampung di TPA Piyungan maupun Kulon Progo. Menurut Beny, sampah yang berasal dari Kota Yogyakarta rata-rata mencapai 200 ton per harinya.
“Dari jumlah itu, baru sekitar 100 ton sampah yang bisa diangkut ke TPA Piyungan dan 15 ton sampah dibawa ke Kulonprogo. Akibatnya tumpukan sampah masih bertebaran dimana-mana,” ucap Beny. (haninmazaya/arrahmah.id)