MUMBAI (Arrahmah.id) – Seorang polisi penjaga kereta India (RPF) membunuh seorang rekannya dan 3 penumpang muslim di kereta yang sedang dalam perjalanan dari Mumbai ke Jaipur. Video rekaman yang viral di India pada Senin (31/7/2023) itu menjadi menghebohkan karena pelaku mengatakan perkataan berbau SARA.
“Jika kamu ingin tinggal di Hindustan [India], saya beri tahu Anda, pilih Modi dan Yogi!,” kata Chetan Singh (33) di atas kereta Jaipur-Mumbai Central Superfast Express, dikutip dari Al Jazeera (31/7). Yodi dan Modi adalah panggilan untuk Perdana Menteri Narendra Modi dan Yogi Adityanath, kepala menteri negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh.
Dalam video itu, Singh menembak polisi RPF Tika Ram Meena dan tiga penumpang Muslim pada hari Ahad (30/7) sekitar pukul 05.00 waktu setempat.
Singh diduga menembakkan 12 peluru dari senapan dinasnya untuk membunuh rekannya dan seorang penumpang. Singh kemudian diduga membunuh dua penumpang lainnya di dua gerbong kereta yang terpisah, menurut laporan media India.
Tiga korban diidentifikasi sebagai Abdul Qadirbhai Mohammed Hussain Bhanpurwala (48), Akhtar Abbas Ali (48), dan Sadar Mohammed Hussain, menurut situs indianexpress.com.
“Kami menerima informasi pada pukul 6 pagi bahwa seorang polisi RPF yang sedang bertugas mengawal melepaskan tembakan, dan empat orang tertembak, salah satunya adalah ASI,” kata Manajer Kereta Api Divisi Niraj Verma kepada wartawan di Mumbai.
Singh telah terlibat dalam pertengkaran dengan Meena setelah itu Singh menembaki rekan seniornya menggunakan senapan dinasnya sendiri, lapor Indian Express.
Seorang pejabat kereta api kemudian membantah laporan tersebut dan mengatakan Singh “tidak enak badan dan karenanya kehilangan ketenangannya”.
“Dia sumbu pendek. Dia pemarah. Tidak ada pertengkaran. Dia baru saja kehilangan kesabaran dan menembak seniornya, lalu menembaki siapa pun yang dilihatnya,” kata Inspektur Jenderal RPF (Kereta Api Barat) Praveen Sinha seperti dikutip ANI.
Setelah penembakan, Singh, yang berasal dari Hathras di negara bagian Uttar Pradesh, turun dari kereta di stasiun Borivali di Mumbai, di mana dia ditangkap oleh polisi setempat.
Komisaris Polisi Kereta Api Pemerintah Ravindra Shisve mengatakan motif di balik penembakan itu masih belum jelas karena penyelidikan sedang dilakukan.
Penembakan brutal itu dikecam di media sosial dengan seorang pemimpin senior dari partai oposisi Kongres Nasional India, Jairam Ramesh, menyebutnya sebagai “pembunuhan berdarah dingin”.
“Jin kebencian sekarang sudah keluar dari botol dan akan membutuhkan banyak upaya kolektif untuk mengembalikannya,” kata Ramesh dalam sebuah tweet.
Dia menyalahkan Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di Modi dan mengatakan para pemimpin utamanya terlibat dalam merusak tatanan sosial India.
Asadudin Owaisi, anggota parlemen Muslim dan pemimpin partai All India Majlis-e-Ittehad-ul-Muslimeen (AIMIM) yang mengadvokasi hak-hak umat Islam dan kelompok terpinggirkan lainnya, menyebutnya sebagai serangan teror yang secara khusus menyasar umat Islam. (hanoum/arrahmah.id)