KAIRO (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Mesir mengumumkan sejumlah langkah pada Kamis (27/7/2023), termasuk pemadaman listrik yang direncanakan, untuk mengurangi konsumsi energi karena negara ini dan wilayah yang lebih luas mengalami gelombang panas yang brutal.
Pegawai negeri sipil akan bekerja dari rumah satu hari dalam sepekan dalam upaya untuk meringankan beban jaringan listrik lokal, kata Mostafa Madbouli dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, karena suhu yang melebihi 45 derajat Celcius (113 Fahrenheit) tercatat di beberapa bagian negara itu pekan ini, lansir The New Arab.
Ia juga menegaskan bahwa rencana pemadaman listrik yang diumumkan oleh pemerintah pekan lalu akan terus berlanjut, dengan penduduk diperingatkan untuk tidak menggunakan lift pada waktu-waktu tertentu dalam sehari.
Langkah pekan lalu memicu reaksi keras, dengan banyak orang mengeluh bahwa pemadaman listrik -yang sering terjadi di waktu-waktu terpanas sepanjang hari- seringkali berlangsung lebih dari dua jam dan terjadi di luar waktu yang telah direncanakan.
Madbouli pada Kamis mengatakan bahwa pemangkasan direncanakan akan berlangsung paling lama satu atau dua jam per hari, dan menambahkan bahwa pemangkasan tersebut dilakukan karena konsumsi energi melonjak.
Perdana Menteri mengarahkan para pegawai negeri yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mulai bekerja dari rumah setiap hari Ahad selama satu bulan mulai 6 Agustus, dan mendesak sektor swasta untuk melakukan hal yang sama.
Perekonomian Mesir telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir dengan inflasi yang tak terkendali dan depresiasi mata uang lokal yang berulang-ulang, yang memengaruhi daya beli dan kemampuan untuk mengimpor barang-barang penting.
Pada 2015, pihak berwenang mencapai kesepakatan dengan raksasa listrik Jerman, Siemens, untuk membangun tiga pembangkit listrik utama dengan investasi yang diperkirakan mencapai enam miliar euro ($6,5 miliar) sebagai upaya untuk meningkatkan jaringan.
Namun, negara ini telah berjuang dengan menipisnya cadangan devisa dan utang yang menumpuk, yang diperparah oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu. (haninmazaya/arrahmah.id)