JAKARTA (Arrahmah.id) – Jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Tanah Suci tahun ini meningkat mencapai hampir 100 persen. Angka tersebut jika dibandingkan dengan musim haji 2022 lalu.
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, sebanyak 748 jemaah haji asal Indonesia yang wafat di Arab Saudi menjadi angka kejadian tertinggi sejak 2017.
“Per hari ini, 748 jiwa haji wafat. Ini angka tertinggi sejak 2017, peningkatannya hampir 100 persen,” ujarnya di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (27/7/2023).
Namun, Yaqut memaklumi kejadian itu mengingat jemaah haji dari kelompok lanjut usia (lansia) mencapai 67 ribu orang lebih. Selain itu, cuaca di Arab Saudi khususnya di Arafah rata-rata 44 derajat Celcius, sangat berisiko memicu dehidrasi para jemaah haji.
“Kami sudah melakukan evaluasi. Kami sudah bicara dengan Kepala Pusat Haji Kementerian Kesehatan, agar mekanisme ke depan soal istitha’ah kesehatan ini juga ikut menjadi bagian dari perbaikan,” ucapnya.
Menag mencontohkan, sebelum jemaah calon haji melakukan pelunasan ongkos haji, perlu dilakukan cek kesehatan terlebih dahulu. Kalau dinyatakan sehat dan kuat untuk diberangkatkan, baru dilakukan pelunasan.
“Sekarang kan tidak, dilakukan pelunasan dulu biaya perjalanan ibadah hajinya. Baru kemudian ada pemeriksaan kesehatan,” kata dia.
Menurut Yaqut, kepastian pada aspek kesehatan perlu didahului sebelum pelunasan biaya haji agar menjamin stamina peserta untuk melaksanakan ibadah. “Karena kita tahu, ibadah haji adalah ibadah fisik. Tentunya membutuhkan performa fisik yang matang dan prima,” ujarnya.
“Saya juga mendorong pemangku kepentingan terkait untuk tetap memprioritaskan jamaah haji lansia. Karena selama ini terus mengalami tren peningkatan antrean haji,” kata Yaqut menambahkan.
Seperti diketahui, jumlah jemaah haji yang wafat pada 2017 dilaporkan mencapai 438 jiwa. Ini pun lebih banyak sekitar 28 persen dibandingkan musim haji tahun sebelumnya sebanyak 342 jiwa.
(ameera/arrahmah.id)