KAIRO (Arrahmah.id) – Jaringan berita pan-Arab Al Jazeera mengecam keputusan baru-baru ini oleh otoritas Mesir yang mencap beberapa jurnalisnya sebagai teroris.
Oulet media milik Qatar ini mengatakan bahwa “sejumlah” jurnalis dan presenter Mesir telah ditambahkan ke daftar tersangka teroris yang diterbitkan di sebuah surat kabar resmi awal bulan ini menyusul keputusan Pengadilan Kriminal Kairo.
“Jaringan Media Al Jazeera mengecam keras langkah baru-baru ini oleh otoritas Mesir untuk memasukkan kembali sejumlah jurnalisnya ke dalam daftar terorisme yang baru dibuat,” kata jaringan itu dalam sebuah pernyataan pada Selasa (25/7/2023).
Mereka juga menyerukan pembebasan dua wartawan — Bahaa al-Din Ibrahim, yang ditangkap pada Februari 2020, dan Rabee al-Sheikh, yang ditangkap pada Agustus 2021. Keduanya telah melakukan perjalanan kembali ke Mesir dari Qatar untuk mengunjungi keluarga, ungkap Al Jazeera.
Mesir meluncurkan tindakan keras terhadap Al Jazeera setelah militer menggulingkan pemerintah terpilih yang didominasi oleh kelompok Ikhwanul Muslimin pada 2013. Mesir menganggap Ikhwan sebagai kelompok teroris dan menuduh Qatar dan Al Jazeera mendukungnya.
Mesir mencabut kredensial media Al Jazeera, menggerebek kantornya, dan menangkap beberapa wartawan. Penangkapan dan persidangan tiga jurnalis Al Jazeera Inggris – Peter Greste dari Australia, Mohamed Fahmy dari Mesir-Kanada dan produser Mesir Baher Mohamed – memicu protes internasional.
Ketiganya menerima hukuman penjara 10 tahun, tetapi kemudian dibebaskan pada 2015.
Mesir dan Qatar baru-baru ini memulihkan hubungan sebagai bagian dari pemulihan hubungan yang lebih luas di antara negara-negara Arab, dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengunjungi negara itu dan bertemu dengan emir yang berkuasa pada September. Pada Mei, Mesir merilis jurnalis Al Jazeera yang ditahan sejak 2019.
Belum jelas berapa banyak wartawan Al Jazeera yang telah ditambahkan ke dalam daftar hitam teroris Mesir, yang diperbarui setiap lima tahun. Penyiar tidak memberikan secara spesifik, dan daftar yang baru diperbarui mencakup belasan nama. Tidak ada komentar dari pejabat Mesir. (zarahamala/arrahmah.id)