JAKARTA (Arrahmah.id) – Hingga hari ke-58 penyelenggaraan operasional haji 2023, tercatat 693 orang jamaah haji asal Indonesia yang wafat. Data dari Sistem Komputerisasi Haji (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag) tersebut sekaligus menjadikan angka kematian tahun ini sebagai rekor tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Faktor usia menjadi salah satu penyebab kematian. Jumlah jamaah haji yang wafat paling banyak berusia antara 60-70 tahun, disusul jamaah dengan usia 70-80 tahun. Baru setelahnya berusia di bawah 60 tahun dan di posisi keempat jamaah berusia di atas 80 tahun.
Menanggapi angka tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dadang Kahmad menyampaikan keprihatinan dan bela sungkawa.
“Kami cukup prihatin mendengar tentang banyaknya jamaah haji yang wafat tahun ini, walaupun kita percaya itu takdir Allah dan wafat dalam keadaan sangat mulia, semoga semua yang wafat husnul khatimah dan ahlul jannah,” kata Dadang, Jumat (21/7).
Tingginya angka kematian itu diharapkan menjadi evaluasi bersama soal penyelenggaraan haji di tahun-tahun berikutnya. Sebab, selain faktor usia, faktor penyakit bawaan hingga cuaca ekstrim yang terjadi di tanah suci juga bisa menjadi pemicu.
“Untuk itu sebaiknya regulator haji dan operator, mengantisipasi agar penyelenggaraan haji dapat lebih baik lagi kedepannya,” kata Dadang.
Tidak kalah penting, Dadang meminta evaluasi sistem pemeriksaan kesehatan jamaah haji sebelum berangkat ke tanah suci. Karena ibadah haji adalah ibadah yang diwajibkan kepada mereka yang mampu, bukan hanya mampu secara ekonomi namun juga mampu secara fisik dan psikis.
“Yang disebut berkemampuan termasuk kesiapan lahir batin, dan yang penting bagaimana meningkatkan perlindungan jamaah di sana, seperti diperpendek masa tinggal di tanah suci dan kualitas Gizi dan perlindungan keselamatan baik dari iklim maupun lingkungan,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.id)