KYIV (Arrahmah.id) – Menanggapi ancaman dari Moskow, Kyiv telah memperingatkan bahwa semua kapal yang singgah di pelabuhan yang dikuasai Rusia di Laut Hitam “dapat dianggap oleh Ukraina membawa kargo militer dengan semua risiko yang relevan”.
Peringatan tersebut, yang dikeluarkan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (20/7/2023) oleh Kementerian Pertahanan Ukraina, mengatakan ini mulai berlaku pada tengah malam pada hari Jumat (21/7) (21:00 GMT Kamis).
Dalam pesannya, kementerian Ukraina juga mengingat nasib kapal penjelajah Rusia Moskva, yang tenggelam oleh rudal lebih dari setahun lalu. Angkatan Laut Ukraina telah menggunakan drone angkatan laut beberapa kali melawan armada Laut Hitam Rusia dan mungkin juga melawan jembatan ke semenanjung Krimea.
Sebelumnya, Rusia juga mengancam kapal yang singgah di pelabuhan Ukraina, menarik jaminan keamanan mereka sebelumnya.
Rusia mengatakan kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap sebagai target militer potensial, karena Kyiv mengatakan akan menyiapkan rute pengiriman sementara untuk melanjutkan ekspor biji-bijian menyusul penarikan Moskow dari kesepakatan yang mengizinkan pengiriman makanan dari pelabuhan Ukraina.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada Rabu (19/7) bahwa mereka akan menganggap semua kapal yang melakukan perjalanan ke Ukraina berpotensi membawa kargo militer atas nama Kyiv dan “negara bendera kapal tersebut akan dianggap sebagai pihak dalam konflik Ukraina”.
Dalam sebuah pernyataan di aplikasi perpesanan Telegram, kementerian pertahanan mengatakan akan menerapkan sikap barunya terhadap kapal-kapal di Laut Hitam mulai tengah malam waktu Moskow (21:00 GMT Rabu).
Kementerian pertahanan tidak mengatakan tindakan apa yang mungkin diambil terhadap kapal yang melakukan perjalanan ke Ukraina.
Rusia juga menyatakan bagian tenggara dan barat laut perairan internasional Laut Hitam untuk sementara tidak aman untuk navigasi, kata kementerian itu, tanpa memberikan perincian tentang bagian laut yang akan terpengaruh.
Ukraina mengatakan pada Rabu (19/7) bahwa pihaknya sedang membangun rute pengiriman sementara melalui Rumania, salah satu negara tetangga di Laut Hitam.
“Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pembukaan blokir pelayaran internasional di bagian barat laut Laut Hitam,” Vasyl Shkurakov, penjabat menteri Ukraina untuk masyarakat, wilayah dan pembangunan infrastruktur, mengatakan dalam sebuah surat kepada badan pelayaran PBB, Organisasi Maritim Internasional.
Melaporkan untuk Al Jazeera dari Moskow, Yulia Shapovalova mengatakan bahwa kementerian pertahanan Rusia mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada semua kapal internasional yang melakukan perjalanan menuju pelabuhan Ukraina dan menyatakan bahwa “pada tengah malam, tanggal 20 Juli, semua kapal yang berlayar di Laut Hitam dan mendekati pelabuhan Ukraina akan dipertimbangkan sebagai pengangkut kargo militer yang terlibat dalam konflik Ukraina di pihak Kyiv.”
Pengumuman dari Moskow pada Rabu (19/7) datang ketika seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Rusia sedang mempertimbangkan untuk menyerang kapal sipil di Laut Hitam dan kemudian menyalahkan pasukan Ukraina.
“Informasi kami menunjukkan bahwa Rusia meletakkan ranjau laut tambahan di dekat pelabuhan Ukraina,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge dalam sebuah pernyataan, kantor berita Associated Press melaporkan.
“Kami percaya bahwa ini adalah upaya terkoordinasi untuk membenarkan setiap serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina atas serangan ini,” kata Hodge.
Rusia menggunakan makanan sebagai “senjata perang”, juru bicara departemen luar negeri AS Matthew Miller juga mengatakan pada Rabu (19/7), mencatat bahwa Moskow telah membuat ancaman terhadap kapal di perairan internasional selama dua hari berturut-turut dan menyerang kota pelabuhan Ukraina Odesa selama dua malam berturut-turut.
Penarikan Rusia dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam telah dikecam secara internasional, karena menghidupkan kembali kekhawatiran akan kenaikan harga gandum dan pangan. Negara-negara miskin di Afrika khususnya bergantung pada biji-bijian Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan sekali lagi pada Rabu (19/7) bahwa Moskow tidak akan kembali ke kesepakatan satu tahun kecuali tuntutan tertentu dipenuhi.
Hal itu termasuk jaminan bahwa ekspor pupuk dan makanan Rusia bisa mencapai pasar global. AS dan Uni Eropa menyangkal bahwa sanksi mereka melarang ekspor komoditas.
Sebelumnya pada Rabu (19/7), Rusia meluncurkan serangan rudal dan drone besar-besaran di kota pelabuhan Ukraina Odesa untuk malam kedua berturut-turut.
Odesa adalah titik tolak utama untuk ekspor pertanian Ukraina di bawah perjanjian biji-bijian yang sekarang sudah tidak berlaku.
Fasilitas pelabuhan dengan terminal biji-bijian dan terminal minyak goreng dihantam, kata militer Ukraina, serta tangki penyimpanan dan fasilitas pemuatan kapal. Di wilayah kota Odesa, bangunan penyimpanan hancur, katanya.
“Kami belum pernah melihat serangan sebesar itu sejak awal invasi [Rusia] berskala besar.” Walikota Odesa Hennadiy Trukhanov menulis di Facebook pada Rabu (19/7).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan serangan di Odesa telah menghancurkan sekitar 60.000 ton biji-bijian, dan Moskow sengaja menyerang pelabuhan setelah menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian.
“Teroris Rusia benar-benar sengaja menargetkan infrastruktur perjanjian biji-bijian, dan setiap rudal Rusia merupakan pukulan tidak hanya bagi Ukraina tetapi juga bagi semua orang di dunia yang menginginkan kehidupan normal dan aman,” tulisnya di Telegram.
Zelenskyy kemudian menggunakan pidato malamnya pada Rabu (19/7) untuk memohon mitra Barat untuk membantu Ukraina meningkatkan pertahanan udaranya untuk melawan serangan seperti yang dialami Odesa. (zarahamala/arrahmah.id)