JEDDAH (Arrahmah.id) – Perwakilan Sudan telah tiba di Jeddah, Arab Saudi, untuk melanjutkan pembicaraan dengan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), sumber pemerintah Sudan mengatakan kepada Reuters pada Sabtu (15/7/2023), setelah tiga bulan pertempuran antara tentara dan RSF.
Pembicaraan sebelumnya di Jeddah yang difasilitasi oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat ditangguhkan oleh kedua negara pada awal Juni setelah sejumlah pelanggaran gencatan senjata. Arab Saudi dan AS belum mengonfirmasi dimulainya kembali pembicaraan antara faksi-faksi yang bertikai di Sudan.
Secara terpisah, upaya mediasi yang diluncurkan oleh Mesir dimulai pada Kamis, sebuah upaya yang disambut baik oleh tentara Sudan, yang memiliki hubungan dekat dengan Mesir dan RSF.
Serangkaian gencatan senjata telah gagal menghentikan pertempuran yang pecah pada 15 April ketika tentara dan RSF bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 3 juta orang kehilangan tempat tinggal, termasuk lebih dari 700.000 orang yang mengungsi ke negara-negara tetangga, lansir MEMO (16/7).
Bentrokan baru terjadi pada Sabtu di Omdurman dan Bahri, kota-kota yang berdekatan dengan Khartoum yang membentuk ibu kota yang lebih luas, kata para saksi mata.
Sedikitnya empat warga sipil tewas dan empat lainnya luka-luka dalam serangan pesawat tak berawak yang menargetkan sebuah rumah sakit di kota Omdurman, kata kementerian kesehatan Sudan, yang menuduh RSF sebagai pelaku serangan tersebut.
Tentara Sudan mengatakan bahwa jumlah korban tewas akibat serangan terhadap Rumah Sakit Korps Medis mencapai lima orang.
Juga pada Sabtu, RSF mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyangkal temuan laporan Human Rights Watch yang menemukan bahwa milisi Arab dan pasukan RSF telah membunuh puluhan warga sipil dalam satu hari di kota Misterei, Darfur Barat, pada bulan Mei.
Serangan tersebut merupakan salah satu dari gelombang serangan bermuatan etnis yang telah menyebar di Darfur sejak pecahnya pertempuran di Khartoum.
RSF mengatakan bahwa kekerasan di Misterei dan di kota El Geneina yang berdekatan adalah “murni masalah kesukuan” dan bahwa mereka tidak terlibat di dalamnya. RSF mengatakan bahwa pasukannya telah ditarik dari Misterei ke El Geneina pada saat pembunuhan 28 Mei.
Beberapa saksi dan aktivis telah melaporkan keterlibatan RSF dalam melakukan kekerasan di El Geneina dan tempat lain di Darfur. (haninmazaya/arrahmah.id)