HAIFA (Arrahmah.id) – Lima warga Palestina “Israel” tewas dalam empat penembakan terpisah dalam 24 jam terakhir setelah gelombang kejahatan tidak menunjukkan tanda-tanda mereda di komunitas Palestina di “Israel”.
Omar Khaldi (61) dan putranya Muhammad Khaldi (26) ditembak pada Rabu pagi (28/6/2023) di kota Shafa’Amr dalam apa yang dicurigai polisi “Israel” sebagai serangan balas dendam setelah penembakan terhadap Amir Sua’ed yang berusia 32 tahun terjadi di Shafa’Amr pada Selasa malam (27/6).
Sua’ed dinyatakan meninggal setelah dibawa ke Rambam Health Care Campus di Haifa oleh paramedis. Polisi percaya korban adalah kerabat dari tokoh kejahatan yang dikenal dengan penembakan yang diyakini sebagai bagian dari perseteruan antara organisasi saingan.
Ashraf Abu Nasser yang berusia 30 tahun juga tewas kemarin malam, setelah dia ditembak di luar masjid di kota Kafr Kana. Polisi yakin pembunuhan itu terkait dengan perseteruan kriminal.
Seorang pria berusia 25 tahun juga ditembak dan dibunuh di selatan kota Rahat setelah dibawa ke Pusat Medis Soroka di Bersyeba.
Komunitas Palestina “Israel”, yang merupakan sekitar 20 persen dari populasi “Israel”, telah menderita akibat gelombang kejahatan mematikan yang kini telah menyebabkan kematian 108 orang sejak awal tahun.
Warga Palestina telah melancarkan demonstrasi di seluruh negeri untuk memprotes gelombang kejahatan yang sedang berlangsung, dan mengeluh tentang diskriminasi di “Israel”, serta kelambanan polisi atas kasus pembunuhan.
Sebelumnya pada Juni Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu mengumumkan pembentukan komite pengarah untuk menemukan solusi atas masalah tersebut, menyatakan bahwa dia akan memperkuat polisi dan mendapatkan bantuan dari badan intelijen domestik Shin Bet, mengintegrasikan badan tersebut ke dalam upaya anti-kejahatan.
Namun, kepala Shin Bet, Ronen Bar, kemudian mengatakan kepada perdana menteri bahwa integrasi apa pun akan merugikan badan tersebut dalam ‘perang melawan terorisme’.
Beberapa warga Palestina telah menyatakan ketakutan bahwa dimasukkannya badan tersebut dapat menjadi dalih untuk penganiayaan terhadap warga Palestina di “Israel”, khawatir bahwa pemerintah dapat menargetkan mereka karena alasan politik. (zarahamala/arrahmah.id)