Pada suatu hari di bulan Oktober yang cerah tahun lalu, Usman Arshad berangkat dari kampung halamannya di timur laut Pakistan untuk melakukan apa yang sudah lama ia harapkan.
Selama enam bulan berikutnya, tidak terpengaruh oleh angin dingin dan panas terik, ia berjalan sejauh 5.400 kilometer (3.350 mil) melintasi empat negara untuk mewujudkan mimpinya menunaikan ibadah haji, ziarah tahunan yang merupakan rukun Islam kelima dan terakhir.
“Saya sangat bahagia. Ini adalah impian saya untuk berjalan kaki sampai ke Ka’bah,” kata Arshad, 26 tahun kepada Anadolu.
“Saya memilih berjalan kaki karena saya yakin jalan ini membawa saya lebih dekat dengan Allah,” katanya kepada Anadolu melalui sambungan telepon dari Mekkah, sambil mengenang keindahan alam yang menakjubkan -mulai dari pegunungan yang menakjubkan hingga hamparan pasir- yang ia temui dalam perjalanan.
Mahasiswa tersebut mendokumentasikan seluruh perjalanannya di akun media sosialnya.
Dalam videonya, ia terlihat berjalan dengan susah payah di sepanjang jalan yang tampaknya tak berujung, dengan payung di satu tangan, dan tas ransel besar yang disampirkan di pundaknya berisi pakaian dan barang-barang penting lainnya seperti tenda, obat-obatan, buah-buahan kering, barang elektronik, dan dokumen-dokumen perjalanan.
Ketika Arshad meninggalkan rumahnya di Okara, provinsi Punjab, Pakistan pada tanggal 1 Oktober tahun lalu, para teman, anggota keluarga dan simpatisan menghujani dirinya dengan kelopak bunga mawar, sementara para kru media lokal mengantri untuk wawancara.
Ayahnya pada awalnya menentang ide tersebut, mendorongnya untuk mengambil pilihan yang lebih nyaman dan lebih aman yaitu perjalanan udara.
Arshad bersikeras dan akhirnya meyakinkan ayahnya, yang juga membantu menanggung biaya perjalanan tersebut, sekitar 2 juta rupee Pakistan (sekitar $7.000).
Ini bukanlah perjalanan pertamanya, karena ia pernah melakukan perjalanan dari Okara ke perbatasan dengan Cina di utara Pakistan, tahun sebelumnya.
Perjalanan tersebut, yang menurut Arshad adalah perjalanan untuk perdamaian, membuatnya menempuh jarak sekitar 1.270 kilometer (780 mil) dalam waktu 34 hari.
“Karena saya telah melakukan hal itu di dalam Pakistan, saya yakin saya bisa berjalan kaki ke sini untuk menunaikan ibadah haji,” katanya.
Perjalanan
Arshad menghabiskan waktu sekitar 10 bulan untuk merencanakan perjalanannya, meneliti rute dan bertemu dengan pejabat pemerintah dan kedutaan besar untuk mendiskusikan rencananya.
Dimulai dari Okara, ia melewati 15 kota di Pakistan untuk mencapai perbatasan Taftan dengan Iran di provinsi Balochistan barat daya.
Awalnya ia berpikir untuk pergi dari Iran ke Irak, Kuwait, dan kemudian Arab Saudi, tetapi mengubah rute karena kerumitan visa di Irak dan Kuwait, dan akhirnya ia memilih untuk pergi ke Uni Emirat Arab dari Iran.
Perjalanan ini bukannya tanpa kesulitan, mulai dari panas terik yang membuat berjalan kaki menjadi sebuah tantangan, hingga angin dingin yang membuat semuanya menjadi tidak mungkin.
“Ada sebuah tempat di Iran yang sangat dingin. Anginnya sangat dingin hingga menghilangkan warna dari wajah saya,” kenang Arshad.
Ada juga daerah yang membentang ratusan kilometer tanpa manusia.
“Di Iran, tidak akan ada seorang pun yang terlihat dalam jarak 200-250 kilometer (125-155 mil). Itu adalah masalah yang nyata untuk menemukan makanan atau tempat tinggal,” katanya.
Selama 45 hari di dalam perbatasan Iran, Arshad melakukan perjalanan melalui delapan kota, sesekali menginap di hotel untuk mengisi ulang daya peralatan elektroniknya, mandi, dan mencuci pakaian.
Namun, di daerah yang lebih terpencil, tenda adalah satu-satunya tempat bermalam.
Dari Iran, Arshad menumpang kapal ke Sharjah, sebuah jarak yang tidak dapat ia tempuh dengan berjalan kaki.
Dengan banyak teman dan kenalan di UEA, ia memiliki beberapa rumah yang dibukakan untuknya ketika ia bergerak melalui Sharjah, Dubai dan Abu Dhabi.
Dari Abu Dhabi ke Arab Saudi, Arshad menempuh jarak 400 kilometer (250 mil) melalui gurun pasir yang luas, bertemu dengan beberapa sopir truk Pakistan yang memberinya makanan dan air saat ia berjuang melalui medan yang keras.
Ia memasuki Arab Saudi pada 13 Maret dari perbatasan Batha dan melintasi tujuh kota hingga akhirnya mencapai Mekkah.
Arshad berencana untuk kembali ke rumah pada 14 Juli dan melanjutkan studinya yang terhenti selama sembilan bulan terakhir.
Untuk masa depannya, ia melihat dirinya sebagai seorang vlogger perjalanan, berbagi petualangannya dengan dunia.
Menceritakan perjalanannya, Arshad mengatakan bahwa ia akan selalu mengingat kebaikan yang diberikan oleh orang-orang asing yang ia temui dalam perjalanannya.
Di daerah yang dingin dan sebagian besar sepi di Iran, ia mendirikan tenda dan baru saja beristirahat untuk bermalam ketika seorang pria menghampiri dan mengundangnya ke rumahnya.
“Dia menyalakan api untuk saya dan membawakan saya makanan. Dia sangat baik hati. Saya memiliki banyak sekali kisah seperti ini untuk dibagikan,” kata Arshad. (haninmazaya/arrahmah.id)