KABUL (Arrahmah.id) – Penjabat gubernur bank sentral Imarah Islam Afghanistan (IIA) bertemu dengan duta besar Cina pekan ini untuk membahas hubungan perbankan dan bisnis, kata juru bicara bank kepada Reuters pada Jumat (16/6/2023).
Sistem perbankan Afghanistan sangat terhambat oleh sanksi, penurunan likuiditas dari aset bank sentral yang dibekukan, dan pemotongan belanja pembangunan.
Kekhawatiran risiko regulasi dari bank internasional juga sebagian besar memutuskan sektor perbankan formal negara itu dari sistem keuangan global.
Cina tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Afghanistan tetapi terus mempertahankan kedutaan besarnya di Kabul sejak Taliban mengambil alih negara itu pada 2021.
Beijing baru-baru ini mengisyaratkan minat ekonomi di tetangganya, dan meskipun beberapa eksekutif bisnis Cina telah mengemukakan masalah keamanan, mereka mengatakan sedang mencari peluang investasi, terutama di bidang pertambangan.
“Dalam pertemuan ini, ekonomi, hubungan perbankan, bisnis dan beberapa topik terkait dibahas,” kata juru bicara bank Hassibullah Noori kepada Reuters, menambahkan bahwa pertemuan tersebut berlangsung pada Kamis (15/6) di Kabul antara Duta Besar Wang Yu dan penjabat gubernur Mullah Hidayatullah Badri.
Kementerian luar negeri Cina tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Badri adalah tokoh senior Taliban yang menjadi penjabat kepala bank sentral pada Maret setelah mengundurkan diri sebagai pejabat menteri keuangan.
Dia adalah kepala komisi ekonomi Imarah Islam, berjuang bersama Taliban selama 20 tahun melawan bekas pemerintah Afghanistan yang didukung Barat. Dia menjalankan sebagian besar operasi penggalangan dana pada saat itu. (zarahamala/arrahmah.id)