KABUL (Arrahmah.com) – Misi NATO yang dipimpin AS di Afghanistan mungkin telah melebih-lebihkan keberhasilan serangan yang dirancang untuk membunuh atau menangkap para pemimpin pemberontah, strategi utama dalam perang selama sepuluh tahun terakhir, sebuah laporan memperingatkan pada Kamis (13/10/2011).
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF-NATO) mengelukan serangan sebagai salah satu taktik paling efektif melawan pemberontakan (baca : Mujahidin-red), tetapi Jaringan Pengamat Afghanistan (AAN) mengatakan data dari Desember 2009 sampai September 2011 tidak konsisten.
“Kurangnya transparansi sangat jelas dalam kasus pemimpin pemberontak yang dilaporkan dibunuh dan ditangkap. Tidak ada cara untuk mengevaluasi klaim tersebut,” ujar laporan AAN di situsnya.
Tetapi ISAF menolak laporan tersebut dan membuat perbandingan dengan data yang palsu yang mengarah pada kesimpulan yang salah.
Dua hari lalu, militer mengatakan jumlah serangan Taliban telah menurun untuk pertama kalinya dan bahwa Taliban telah gagal dalam beberapa bulan terakhir untuk merebut kembali wilayah yang hilang dalam serangan tentara pimpinan AS di wilayah selatan.
Berdasarkan data yang diumumkan pada siaran pers mengumumkan kematian sedikitnya 3.873 orang dan penangkapan 7.146 orang, ujar AAN mengatakan bahwa ISAF sering mengenakan istilah “fasilitator” atau “pemimpin” terhadap mereka tanpa menjelaskan apapun.
Laporan juga mengatakan bahwa statistik dalam siaran pers tidak sesuai dengan angka yang lebih megah yang dirilis secara terpisah oleh ISAF kepada media.
Pada tanggal 3 September tahun ini, rilis ISAF mengatakan bahwa tentara keamanan telah menangkap atau membunuh lebih dari 40 anggota Al Qaeda di Afghanistan timur tahun ini.
Tapi rilis sebelumnya mengatakan hingga 22 Mujahid Al Qaeda dilaporkan dibunuh dan 10 orang ditangkap. AAN menunjukkan bahwa banyak diantara mereka hanya tercatat sebagai orang yang diduga memiliki hubungan dengan Al Qaeda.
Bulan lalu, ISAF juga memperdebatkan statistik PBB yang memperlihatkan peningkatan 39 persen kekerasan di negara yang dilanda perang.
Sekutu NATO saat ini telah berada di bawah tekanan Barat dan semakin muak dengan perang panjang yang mahal, mereka dijadwalkan akan menarik pasukan tempur dari Afghanistan pada akhir 2014. (haninmazaya/arrahmah.com)