TASIKMALAYA (Arrahmah.id) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya buka suara soal beredarnya isu keberadaan tuyul di Jalan Burujul 1, Kelurahan Nagarasari, Kota Tasikmalaya, Sabtu (3/6/2023).
Menurut pandangan ulama, keberadaan sosok tuyul yang diperalat untuk mencuri uang, merupakan fenomena lama. Bahkan, hal itu sudah dianggap cerita biasa di kalangan masyarakat.
Sekretaris Umum MUI Kota Tasikmalaya, KH Aminudin Bustomi mengatakan, agar manusia tak menjadi korban ulah jin dalam hal ini tuyul pencuri uang, ia menyarankan agar memperkuat akidah dan memperbanyak ibadah, serta harus sering bersedekah.
“Kuncinya yang pertama perkuat akidah, perbanyak ibadah, harus sering bersedakah. Itu (kehilangan uang oleh tuyul) akan hilang, kuncinya itu,” kata Sekretaris Umum MUI Kota Tasikmalaya, KH Aminudin Bustomi, Ahad, (4/6/2023), lansir Viva.co.id.
Aminudin menjelaskan, keberadaan sosok ghaib yang tak terlihat dengan kasat mata memang harus dipercaya bahwa mereka ada.
Dia mengimbau masyarakat terutama umat muslim agat tidak terjebak dengan mahkluk ghaib tersebut. Namun, harus memperbanyak ibadah dan meminta perlindungan kepada Allah.
“Nah, ketika itu terjadi dan itu tidak terlihat oleh kasat mata, ya kita jangan masuk dan terjebak ke dalam wilayah itu. Tapi kita langsung memohon perlindungan kepada pencipta semua makhluk (Allah),” ucapnya.
Aminudin menjelaskan, aksi pencurian uang melalui makhluk ghaib hanya akan terjadi kepada orang yang masih melakukan ibadah dan maksiatnya seimbang.
Maka dari itu, ia mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kekhusyu’an dalam beribadah.
Sebelumnya, warga Jalan Burujul 1, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya digegerkan dengan isu keberadaan sosok tuyul.
Pasalnya, akhir – akhir ini sejumlah warga di kampung tersebut kerap kehilangan uang meski disimpan di laci maupun lemari dengan posisi terkunci.
Usai kesal kerap kehilangan uang, warga pun memasang spanduk yang dibentangkan di jalan. Dalam spanduk itu tertulis agar pemilik tuyul diminta kesadarannya untuk tidak beraksi di kampung tersebut, karena merupakan dosa besar.
“Mohon kesadarannya kepada pemilik tuyul, jangan lagi beraksi di daerah Burujul. Perbuatan anda…… Dosa besar,” demikian tulisan yang terpasang di spanduk.
Salah seorang warga, Euis Karsusi (55) mengatakan, pertama kali isu tuyul itu diketahui saat uang hasil penjualan beras akan dibelanjakan kembali. Namun, saat dicek kembali, uang yang disimpan di dalam laci dengan posisi terkunci itu hilang sebanyak Rp100 ribu hingga Rp200 ribu.
Selain uang penjualan beras, uang arisan dan uang pajak iuran penduduk masyarakat yang disimpan di dalam laci yang berbeda juga ikut hilang dengan jumlah yang sama.
Padahal, kunci laci tersebut dibawa dan tak ada kerusakan di sekitar laci lemari. Maka dari itu, warga berinisiatif memasang spanduk agar pelaku yang diduga memelihara tuyul itu sadar.
Intinya,warga menduga kuat pencuri uang tersebut adalah sosok tuyul. Sebab, jika pelakunya manusia, uang itu akan dicuri seluruhnya.
Setelah dipasang spanduk, ternyata banyak warga yang mengaku mengalami kehilangan uang dengan jumlah sama. Warga setempat juga sempat ramai membahas bahwa di kampungnya ada sosok berkulit hitam dengan perawakan pendek dan kecil.
Saat itu, warga melihat sosok tersebut sedang bermain di dekat tempat sampah. Selain itu, sempat ada warga yang bertamu ke rumah RW setempat, bahwa dirinya melihat sosok tuyul.
(ameera/arrahmah.id)