KABUL (Arrahmah.id) – Juru bicara Imarah Islam Afghanistan, Zabiullah Mujahid, mengatakan bahwa pernyataan Presiden Iran, Embrahim Raisi, mengenai perjanjian air Helmand akan mempengaruhi hubungan politik antara Kabul dan Teheran.
“Para pejabat Iran harus terlebih dahulu mengumpulkan fakta-fakta tentang air Helmand dan kemudian menyebutkan tuntutan mereka dengan kata-kata yang tepat. Jika kenyataan tidak dipertimbangkan, dan pernyataan seperti itu dibuat, status politik antara rakyat kedua negara dapat dirugikan,” kata Mujahid dalam sebuah pernyataan sebelumnya sebagai reaksi terhadap pernyataan Raisi, seperti dilansir Tolo News (19/5/2023).
Imarah Islam berkomitmen pada perjanjian air Helmand yang ditandatangani pada 1973 antara Afghanistan dan Iran, kata Mujahid.
Mujahid mengatakan bahwa jumlah air telah menurun di sungai Helmand.
“Kata-kata yang digunakan oleh Imarah Islam didasarkan pada kenyataan. Anda melihat ketinggian air, dan ini harus diakui, bagaimanapun juga, kami masih lebih memilih negosiasi dalam hal ini, tetapi ancaman dan penggunaan kata-kata yang tidak pantas tidak menguntungkan kedua belah pihak,” kata Mujahid.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengacu pada perjanjian air Helmand, mengatakan di Twitter bahwa dia meminta menteri luar negeri Imarah Islam Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, untuk memberikan kesempatan bagi kunjungan tim teknis untuk mengukur jumlah air, tetapi Imarah Islam belum memfasilitasinya.
Dia mengatakan bahwa pengukuran air adalah kunjungan teknis, bukan pernyataan politik.
“Permintaan kami yang paling utama adalah agar tim teknis kami mengunjungi bendungan Kajaki dan kemudian mengambil keputusan apakah air di bendungan itu ada atau tidak. Presiden menginstruksikan kami dengan perintah yang luar biasa, terutama dalam beberapa bulan terakhir,” kata Abdollahian.
Menurut perjanjian tersebut, Afghanistan berkomitmen untuk berbagi air dari Sungai Helmand dengan Iran dengan kecepatan 26 meter kubik air per detik, atau 850 juta meter kubik per tahun.
“Setiap kali tahun normal terganggu oleh kurangnya curah hujan dan ada situasi yang tidak seimbang dalam jumlah air di sungai Helmand, hak air Iran juga berkurang,” kata Najib Aqa Fahim, analis air.
Perjanjian air Helmand baru-baru ini menjadi isu kontroversial di tengah fenomena La Niña yang telah mengancam Afghanistan selama tiga tahun berturut-turut. (haninmazaya/arrahmah.id)